Juara! Ini yang Bikin Rupiah Bergerak Liar di Benua Biru

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
15 July 2022 12:45
Ilustrasi mata uang Pound Sterling Inggris (GBP). (Dok: AP/
Foto: Ilustrasi mata uang Poundsterling Inggris (GBP). (Dok: AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berhasil melibas ketiga mata uang di Benua Biru yakni euro, poundsterling dan dolar franc swiss pada perdagangan Jumat (15/7/2022). Rilis data ekonomi yang baik dari dalam negeri, berhasil menopang penguatan Mata Uang Garuda.

Melansir Refinitiv, pukul 11:30 WIB, euro terkoreksi terhadap rupiah 0,16 % ke 15.042,47/EUR. Hal serupa terjadi, poundsterling melemah cukup tajam terhadap rupiah sebanyak 0,53% ke Rp 17.721,18/GBP.

Sedangkan, dolar franc swiss yang termasuk mata uang dengan nilai lindung, melemah terhadap rupiah sebanyak 0,49% ke Rp 15.230,64/CHF.

Katalis negatif masih membayangi kawasan Eropa. Pada Kamis (14/7), Komisi Eropa memperingatkan bahwa ekonomi Eropa akan menghadapi pukulan ganda dari perlambatan pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang tinggi.

Dalam perkiraan musim panasnya, badan pemerintahan yang berlokasi di Brussel tersebut mengatakan bahwa perang yang berkepanjangan akan menyebabkan penurunan ekonomi tahun depan di kawasan Eropa dan Uni Eropa.

Mereka memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi di 19 negara yang menggunakan euro sebagai mata uangnya, menjadi turun 2,6% tahun ini, dari semula di 2,7%. Pada 2023, pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya 1,4%.

Sementara itu, di 27 negara Uni Eropa, pertumbuhan ekonomi diprediksikan menjadi 2,7% tahun ini dan melambat menjadi 1,5% pada 2023.

Di Inggris, Kantor Statistik Nasional (ONS) melaporkan bahwa ekonomi Inggris per Mei 2022 tumbuh 0,5% setelah menyusut pada April dan Maret 2022.

Namun, para pelaku usaha melaporkan bahwa biaya operasional menjadi lebih tinggi dan mereka berencana untuk menaikkan harga ke konsumen.

Sementara itu, Kepala Analis Capital Economics Paul Dales memprediksikan pada musim gugur nanti harga energi akan naik kembali. Sehingga risiko ekonomi Inggris jatuh ke dalam resesi kembali meningkat. Tidak hanya itu, angka inflasi Inggris diproyeksikan akan mencapai 11% di tahun ini.

Rachel Reeves, seorang politikus dan ekonom menilai pertumbuhan tersebut masih terlalu lambat, di tengah potensi resesi global dan ketidakpastian ekonomi.

Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca dagang Indonesia di Juni 2022 yang kembali mencetak surplus selama 26 kali beruntun dengan nilai US$ 5,09 miliar. Angka tersebut berhasil melampaui prediksi analis Reuters di US$ 3,52 miliar dan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia di US$ 3,42 miliar.

Nilai ekspor melesat 40,68% secara tahunan menjadi US$ 26,09 miliar dan naik 21,3% secara bulanan. Sedangkan, nilai impor senilai US$ 21 miliar. Impor secara year-on-year (yoy) tumbuh 21,98% dan 12,87% secara month-on-month (mom).

Rilis data ekonomi yang baik tentunya dapat menjadi bantalan bagi perekonomian RI untuk menghadapi tekanan global. Wajar saja jika rupiah pun berhasil menguat di Benua Biru. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Di Eropa, Rupiah Keok di Hadapan 2 Mata Uang Ini...

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular