The Fed (Mungkin) Kerek Bunga 100 Bps, Harga Perak Turun
Jakarta, CNBC Indonesia - Menyandang status safe haven tidak serta merta membuat perak dilirik saat inflasi melambung tinggi. Buktinya harga perak melemah pada perdagangan hari ini. Ada apa?
Pada (14/7/2022) pukul 13:45 WIB harga perak dunia di pasar spot tercatat US$ 19,01/ons, melemah 0,92% dibandingkan harga penutupan kemarin.
Inflasi Amerika Serikat (AS) Juni melambung ke 9,1% year-on-year/yoy, tercepat dalam empat dekade terakhir. Angka tersebut lebih panas dibanding bulan sebelumnya 8,8% yoy. Perak sebagai lindung nilai inflasi dilirik oleh para investor.
Namun, kenaikan inflasi ini dianggap bisa menjadi pemicu bagi bank sentral menaikkan suku bunganya. Bank sentral AS (Federal Reserves/The Fed) diperkirakan akan lebih agresif menaikkan suku bunga setelah rilis inflasi Juni.
Menurut perangkat FedWatch milik CME group, para pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 78,6% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 100 basis poin menjadi 2,5-2,75%. Sementara pada pertemuan akhir tahun, pasar melihat suku bunga The Fed bisa mencapai 3,5% - 3,75%.
Selain itu, bank sentral Kanada (BOC) menaikkan suku bunga utamanya sebesar 100 bps untuk melawan inflasi. BOC menjadi negara pertama negara G7 yang melakukan kenaikan suku bunga yang agresif dalam siklus ekonomi saat ini.
Suku bunga yang naik akan meningkatkan biaya peluang memegang perak dunia yang tidak memberikan imbal hasil. Permintaan pun turun, harga mengikuti.
Kenaikan suku bunga yang agresif semakin mendorong ekonomi dunia ke jurang resesi. Hal tersebut juga dapat membuat permintaan perak sebagai logam industri menyusut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)