
Dolar AS Nanjak Terus, Rupiah Tertahan di Rp 14.990/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah terkoreksi di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) kemudian tertahan di Rp 14.990/US$ hingga pertengahan perdagangan Kamis (14/7/2022). Indeks dolar AS tak hentinya menguat hari ini dipicu oleh kekhawatiran akan resesi.
Melansir data Refinitiv, rupiah di sesi awal perdagangan sempat terkoreksi tipis 0,03% ke Rp 14.990/US$. Kemudian, rupiah tertahan di posisi tersebut hingga pukul 11:00 WIB.
Pada Kamis (14/7) setelah dirilis angka inflasi Juni 2022 yang diukur dari Indeks Harga Konsumen (IHK) yang kembali mencatatkan rekor ke 9,1%, indeks dolar AS sempat menyentuh 108,59 dan menjadi posisi tertinggi sejak Oktober 2021. Namun, indeks dolar akhirnya ditutup ke titik 107,95.
Indeks dolar yang mengukur kinerja sang greenback di hadapan 6 mata uang dunia lainnya, kembali melanjutkan keperkasaannya tanpa henti hari ini, hingga pukul 11:00 WIB menguat 0,31% ke 108,28.
Di sepanjang tahun ini, indeks dolar AS sudah menguat sebanyak 12,8%.
Hal tersebut ditopang oleh ekspektasi pasar yang memperkirakan bahwa The Fed mungkin akan menaikkan suku bunga acuannya lebih dari 75 basis poin (bps).
Bahkan, beberapa analis memproyeksikan kenaikan mencapai 100 bps pada pertemuan selanjutnya pada 26-27 Juli. Keagresifan tersebut memicu kekhawatiran bahwa perekonomian terbesar dunia tersebut memasuki jurang resesi.
Kekhawatiran akan resesi juga memicu imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun yang menjadi acuan kembali terbalik dengan yield obligasi tenor 2 tahun. Spread obligasi keduanya sebanyak 24,4 bps dan menjadi angka terbesar dalam hampir 22 tahun.
Kurva terbalik tersebut dipandang oleh banyak orang sebagai sinyal bahwa resesi kemungkinan dapat berlangsung dalam 6 hingga 18 bulan ke depan.
Jika The Fed menaikkan suku bunga acuannya dengan kekuatan penuh hingga 100 bps, tentunya akan menekan pergerakan mata uang dunia lainnya, tidak terkecuali rupiah.
Di saat genting seperti saat ini, investor pastinya akan beralih ke mata uang safe haven seperti dolar AS, sehingga rupiah pun akhirnya tertekan.
Tanda-tanda terkoreksinya Mata Uang Garuda sudah terlihat pada pasar Non-Deliverable Forward (NDF). Rupiah sudah mencapai level Rp 15.000/US$ mulai dari periode 1 pekan hingga 2 tahun. Rupiah bergerak melemah ketimbang pada penutupan perdagangan Rabu (13/7).
Periode | Kurs Rabu (13/7) pukul 15:13 WIB | Kurs Kamis (14/7) pukul 11:05 WIB |
1 Pekan | Rp14.985,5 | Rp15.015,5 |
1 Bulan | Rp15.018,0 | Rp15.044,4 |
2 Bulan | Rp15.040,5 | Rp15.067,0 |
3 Bulan | Rp15.062,0 | Rp15.090,0 |
6 Bulan | Rp15.110,9 | Rp15.152,0 |
9 Bulan | Rp15.167,9 | Rp15.208,3 |
1 Tahun | Rp15.243,0 | Rp15.291,9 |
2 Tahun | Rp15.635,4 | Rp15.670,4 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar AS To The Moon, Siang-Siang Rupiah Makin Merana...
