Inflasi Amerika Makin Gila, The Fed Kerek Bunga 100 Bps?

Market - Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 July 2022 08:24
FILE - In this Nov. 25, 2019, file photo Federal Reserve Board Chair Jerome Powell addresses a round table discussion during a visit to Silver Lane Elementary School, in East Hartford, Conn. On Wednesday, Dec. 11, the Federal Reserve issues a statement and economic projections, followed by a news conference with Powell. (AP Photo/Steven Senne) Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (AP Photo/Steven Senne)

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi di Amerika Serikat (AS) masih belum menunjukkan tanda-tanda melandai, bahkan terlihat makin lepas kendali. Padahal bank sentral AS (The Fed) sudah 3 kali menaikkan suku bunga dengan total 150 basis poin menjadi 1,5% - 1,75%.

Berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja AS, inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) meroket 9,1% year-on-year (yoy) pada Juni, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya 8,6% dan ekspektasi Dow Jones 8,8%.

Inflasi tersebut semakin jauh lebih tinggi ketimbang rata-rata kenaikan upah per jam di AS yang hanya 5,2% (yoy) bulan lalu.

Alhasil, daya beli masyarakat semakin tergerus, bahkan rakyat Amerika Serikat merasa semakin miskin.

"Masyarakat semakin miskin. Jadi ini bukan resesi, tetapi benar-benar terasa seperti resesi," kata Ludovic Subran, kepala ekonom di Allianz SE, sebagaimana dilansir Bloomberg, Rabu (6/7/2022).

Dengan inflasi yang semakin menggila, The Fed diperkirakan akan semakin agresif lagi dalam menaikkan suku bunga. Apalagi, pasar tenaga kerja AS masih kuat.

Departemen Tenaga Kerja AS Jumat pekan lalu melaporkan sepanjang bulan Juni perekonomian mampu menyerap 372.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP), jauh lebih tinggi dari estimasi Dow Jones sebesar 250.000 tenaga kerja.

Sementara itu tingkat pengangguran tetap 3,6%, dengan rata-rata upah seperti yang disebutkan sebelumnya tumbuh 5,2% (yoy), lebih tinggi dari estimasi Dow Jones 5%.

"Kenaikan rata-rata upah memberikan arti The Fed akan semakin agresif dalam beberapa bulan ke depan," kata Andrew Hunter, ekonom senior di Capital Economics, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (8/7/2022).

The Fed di bawah Jerome Powell berencana menaikkan suku bunga 50 - 75 basis poin di bulan ini. Namun, pasar kini melihat bank sentral paling powerful di dunia ini akan menaikkan 100 basis poin.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat ada probabilitas sekitar 80% The Fed akan menaikkan suku bunga 100 basis poin menjadi 2,5% - 2,75% pada rapat kebijakan moneter 2 pekan ke depan.

Perkiraan Suku Bunga The FedFoto: FEDWatch CME Group

Andrew Brenner, kepala aset fixed income internasional di National Alliance Securities mengatakan presiden The Fed wilayah Atalanta, Raphael Bostic yang menyatakan inflasi 9,1% menjadi perhatian, dan semua kemungkinan kenaikan suku bunga bisa terjadi.

Apalagi sebelumnya ada bank sentral Kanada yang memberikan kejutan kenaikan 100 basis poin.

"Anda sudah melihat bank sentral Kanada, sebelumnya kuat diperkirakan akan menaikkan suku bunga 75 basis poin, yang terlihat sangat agresif. Tetapi, tiba-tiba mereka menaikkan 100 basis poin," kata Brenner sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (13/7/2022).

The Fed yang semakin agresif bisa membuat pasar finansial bergejolak, tetapi tidak menutup kemungkinan akan menguat. Sebab, menunjukkan The Fed mengerahkan segala cara untuk menurunkan inflasi.

Memang kenaikan suku bunga yang tinggi bisa memicu resesi, tetapi jika inflasi akhirnya melandai maka perekenomian bisa segera bangkit. Ketimbang inflasi semakin tidak terkendali, yang bisa membuat perekonomian mengalami resesi dalam jangka waktu yang panjang.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Peluang Amerika Resesi Capai 85%, RI Bakal Gonjang-ganjing?


(pap/pap)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading