Bursa Asia Ditutup Beragam, IHSG Ambles Lebih Dari 1%

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
13 July 2022 16:39
Men look at stock quotation boards outside a brokerage in Tokyo, Japan, December 5, 2018.  REUTERS/Issei Kato     TPX IMAGES OF THE DAY
Foto: Pria melihat papan kutipan saham di luar broker di Tokyo, Jepang, 5 Desember 2018. REUTERS / Issei Kato

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup beragam pada perdagangan Rabu (13/7/2022), setelah dirilisnya data perdagangan China periode Juni 2022 dan pengumuman kebijakan moneter terbaru bank sentral Korea Selatan.

Indeks Nikkei Jepang ditutup menguat 0,54% ke posisi 26.478,77, Shanghai Composite China naik tipis 0,09% ke 3.284,29, ASX 200 Australia bertambah 0,23% ke 6.621,6, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,47% menjadi 2.328,61

Sedangkan sisanya ditutup di zona merah. Indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,22% ke 20.797,949, Straits Times Singapura terkoreksi 0,54% ke 3.128,69, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles 1,15% menjadi 6.640,99.

Dari China, data neraca perdagangan pada periode bulan lalu dilaporkan surplus. Berdasarkan data Administrasi Kepabeanan yang dirilis hari ini, neraca dagang China pada Juni 2022 tercatat surplus US$ 97,94 miliar atau sekitar Rp 1.469 triliun (kurs Rp 15.000). Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya senilai US$ 50,14 miliar.

Surplus itu pun di atas ekspektasi senilai US$ 75,7 miliar.

Sedangkan, pertumbuhan ekspor pada Juni 2022 tercatat sebesar 17,9% secara tahunan (year-on-year/yoy). Realisasi tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 16,9% dan di atas proyeksi serta ekspektasi sebesar 12%.

Ekspor Juni 2022 pun menjadi yang tertinggi sejak Desember lalu. Hal itu didukung oleh masalah logistik yang mulai terurai seiring dengan penanganan pandemi Covid-19 yang cenderung longgar di Shanghai dan Beijing.

Sementara itu, impor China naik tipis 1% pada Juni 2022, jauh lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tumbuh 4,1% sekaligus di bawah ekspektasi sebesar 3,9%.

Angka itu menyoroti lesunya permintaan domestik di tengah tinggi kasus Covid-19 di beberapa kota besar di China.

Sementara itu di Korea Selatan, bank sentral (Bank of Korea/BoK) memutuskan untuk menaikan kembali suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 2,25%. Kenaikan tersebut menjadi yang terbesar sejak BoK mengadopsi sistem kebijakan saat ini pada 1999.

Kenaikan tersebut juga sesuai dengan ekspektasi pasar. Sebanyak 27 dari 32 analis dalam survei Reuters memperkirakan bank sentral Negeri Ginseng tersebut akan melakukan kenaikan sebesar 50 bp, sementara lima lainnya sebesar 25 bp.

Hal ini dilakukan BoK untuk meredam laju inflasi yang mencapai rekor tertinggi dalam 24 tahun, yakni sebesar 6% pada Juni 2022.

Saat ini, pelaku pasar global masih fokus pada rilis data inflasi AS yang dijadwalkan akan dirilis hari ini. Indeks Harga Konsumen (IHK) per Juni yang termasuk makanan dan energi, diprediksikan akan menunjukkan kenaikan menjadi 8,8% dari 8,6%, jika mengacu pada analis Dow Jones.

Jika angka inflasi melonjak, maka akan membuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya secara agresif sebesar 75 basis poin (bp) di pertemuan selanjutnya pada 24-25 Juli.

Bulan lalu, The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya ke kisaran 1,5%-1,75% dan menjadi kenaikan terbesar sejak 1994.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular