Masih Karena Sentimen Asing, IHSG Anjlok 1% di Penutupan Sore

trp, CNBC Indonesia
13 July 2022 15:32
Karyawan melintas di depan layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (5/7/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup longsor dan terpental jauh dari level psikologis 6.700 hari ini, Rabu (13/7/2022). IHSG drop 0,54% ke 6.681,99 di sesi I. Koreksi IHSG berlanjut hingga sesi II. IHSG harus rela terkoreksi 1,15% di 6.640,99 hari ini.

Indeks saham Asia cenderung variatif. Indeks Nikkei 225 dan Shang Hai Composite berhasil lolos dari koreksi.

Semalam tiga indeks saham Bursa New York mengalami pelemahan. Indeks Dow Jones melemah 0,62% sedangkan S&P 500 dan Nasdaq Composite ambles lebih dari 0,9%.

Selain musim rilis laporan keuangan, pelaku pasar juga menanti rilis data inflasi AS bulan Juni 2022 yang akan dipublikasikan malam ini.

Konsensus yang dihimpun oleh Trading Economics memperkirakan bahwa inflasi di AS bulan Juni naik 8,8% secara tahunan dan lebih tinggi dari bulan sebelumnya.

Laju inflasi yang membandel bisa membuat bank sentral AS semakin agresif dalam menaikkan suku bunga acuan yang berakibat pada kenaikan dollar AS dan melemahnya mata uang negara lain.

Di pasar komoditas, harga batu bara masih melanjutkan tren penguatannya. Harga batu bara kian dekati posisi tertingginya tahun ini di US$ 446/ton.

Lonjakan harga batu bara pada perdagangan kemarin juga masih masih dipicu oleh melesatnya harga gas alam Eropa.

Faktor lainnya adalah gangguan cuaca di Australia yang merupakan eksportir terbesar untuk batu bara metalurgi dan terbesar kedua untuk batu bara termal.

Peningkatan harga batu bara tentu saja membawa berkah bagi Indonesia. Dengan harga batu bara yang masih tetap tinggi, kinerja ekspor Indonesia diperkirakan masih tetap solid.

Selain ekspektasi ekspor yang masih solid, kenaikan harga batu bara juga membawa berkah bagi kinerja keuangan emiten tambang batu hitam.

Tren pergerakan harga batu bara global masih akan menjadi salah satu fokus utama pelaku pasar dalam waktu dekat dan menjadi sentimen yang menggerakkan harga saham-saham energi.

Namun tetap saja, risiko eksternal masih patut diwaspadai. Dengan rupiah yang masih berada di dekat Rp 15.000/US$ dan yield SBN 10 tahun di atas 7,2%, IHSG masih rawan mengalami koreksi.


(RCI/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular