
Kemarin Naik 4%, Pagi Ini Harga Minyak Turun Tipis

Ketakutan akan resesi membuat harga minyak cenderung turun. "Satu-satunya hal yang bisa dijelaskan adalah ketakutan akan resesi. Anda bisa merasakan tekanannya," ujar Robert Yawger, Director of Energy Futures di Mizuho, seperti dikutip dari Reuters.
Pasar khawatir terhadap laju inflasi di berbagai negara yang seakan tidak terkendali, naik gila-gilaan. Di negara-negara anggota OECD, misalnya, inflasi pada Mei tercatat 9,6% year-on-year (yoy). Ini adalah rekor tertinggi sejak 1988.
Di Amerika Serikat (AS), laju inflasi pada periode yang sama adalah 8,6% yoy. Rekor tertinggi sejak 1981.
Inflasi yang semakin tinggi akan membuat bank sentral menjadi 'ganas'. Kebijakan moneter diketatkan secara agresif, suku bunga acuan dinaikkan.
Kenaikan suku bunga acuan memang bertujuan mulia, untuk mengendalikan dan menjangkar ekspektasi inflasi. Sebab kenaikan suku bunga akan membuat jumlah uang beredar turun, sehingga nilai uang tidak berkurang. Ingat, inflasi pada dasarnya adalah penurunan nilai uang.
Namun kenaikan suku bunga punya 'efek samping'. Biaya ekspansi rumah tangga dan dunia usaha akan ikut naik. Ketika ekspansi itu terhambat, maka ekonomi akan melambat. Bahkan bukan tidak mungkin akan terjadi kontraksi alias pertumbuhan negatif.
Saat ekonomi mengalami kontraksi selama dua kuartal beruntun, itu namanya resesi. Risiko itulah yang tengah menjadi kekhawatiran dunia.
Resesi berarti ekonomi menjadi lesu. Kelesuan ekonomi akan membuat permintaan energi berkurang sehingga harga kemudian turun. Ini yang sedang terjadi di pasar minyak.
"Pasar komoditas tidak akan memaafkan Anda ketika terjadi resesi. Saat pasokan melebihi permintaan," ujar Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates, sebagamana diwartakan Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)