
Kemarin Naik 4%, Pagi Ini Harga Minyak Turun Tipis

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia turun tipis pada perdagangan pagi hari ini. Maklum, sebelumnya harga si emas hitam sempat melonjak.
Pada Jumat (8/7/2022) pukul 07:31 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 104,52/barel. Turun 0,12% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 102,61/barel. Berkurang 0,12%.
Koreksi harga minyak pagi ini terjadi usai lonjakan yang signifikan. Kemarin, harga brent dan light sweet ditutup melesat masing-masing 3,96% dan 4,26%.
Oleh karena itu, investor bernafsu menjual kontrak minyak karena ada iming-iming cuan tersebut. Aksi jual ini membuat harga minyak mengalami koreksi teknikal.
Meski kemarin naik tajam, tetapi harga minyak masih cenderung mengalami tren penurunan. Dalam seminggu terakhir, harga brent dan light sweet masih anjlok 6,51% dan 5,5% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, harga merosot 13,25% dan 13,96%.
Halaman Selanjutnya --> Takut Resesi, Harga Minyak Ambles
Ketakutan akan resesi membuat harga minyak cenderung turun. "Satu-satunya hal yang bisa dijelaskan adalah ketakutan akan resesi. Anda bisa merasakan tekanannya," ujar Robert Yawger, Director of Energy Futures di Mizuho, seperti dikutip dari Reuters.
Pasar khawatir terhadap laju inflasi di berbagai negara yang seakan tidak terkendali, naik gila-gilaan. Di negara-negara anggota OECD, misalnya, inflasi pada Mei tercatat 9,6% year-on-year (yoy). Ini adalah rekor tertinggi sejak 1988.
Di Amerika Serikat (AS), laju inflasi pada periode yang sama adalah 8,6% yoy. Rekor tertinggi sejak 1981.
Inflasi yang semakin tinggi akan membuat bank sentral menjadi 'ganas'. Kebijakan moneter diketatkan secara agresif, suku bunga acuan dinaikkan.
Kenaikan suku bunga acuan memang bertujuan mulia, untuk mengendalikan dan menjangkar ekspektasi inflasi. Sebab kenaikan suku bunga akan membuat jumlah uang beredar turun, sehingga nilai uang tidak berkurang. Ingat, inflasi pada dasarnya adalah penurunan nilai uang.
Namun kenaikan suku bunga punya 'efek samping'. Biaya ekspansi rumah tangga dan dunia usaha akan ikut naik. Ketika ekspansi itu terhambat, maka ekonomi akan melambat. Bahkan bukan tidak mungkin akan terjadi kontraksi alias pertumbuhan negatif.
Saat ekonomi mengalami kontraksi selama dua kuartal beruntun, itu namanya resesi. Risiko itulah yang tengah menjadi kekhawatiran dunia.
Resesi berarti ekonomi menjadi lesu. Kelesuan ekonomi akan membuat permintaan energi berkurang sehingga harga kemudian turun. Ini yang sedang terjadi di pasar minyak.
"Pasar komoditas tidak akan memaafkan Anda ketika terjadi resesi. Saat pasokan melebihi permintaan," ujar Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates, sebagamana diwartakan Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Pasokan Libya Bikin Panas Harga Minyak