Masih Kuat Nanjak, Harga Batu Bara Naik 7,6% dalam Seminggu

Maesaroh, CNBC Indonesia
07 July 2022 07:24
An undated handout photo of Whitehaven Coal's Tarrawonga coal mine in Boggabri, New South Wales, Australia.   Whitehaven Coal Ltd/Handout via REUTERS   ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. NO RESALES. NO ARCHIVES
Foto: Tambang batubara Tarrawonga Whitehaven Coal di Boggabri, New South Wales, Australia. (Whitehaven Coal Ltd/Handout via REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus melesat. Pada perdagangan Rabu (6/7/2022), harga batu kontrak Agustus di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 397 per ton. Melonjak 1,13% dibandingkan hari sebelumnya.

Kenaikan tersebut memperpanjang rally harga batu hitam sejak Kamis pekan lalu atau dalam lima hari perdagangan terakhir dan semakin mendekatkan harga batu bara ke level psikologis US$ 400 per troy ons.

Secara keseluruhan, harga batu bara melesat 7,6% dalam sepekan secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara menguat tipis 0,7% sementara dalam setahun melesat 201,3%.



Melonjaknya harga batu bara masih didorong oleh besarnya permintaan impor dari kawasan Eropa serta gangguan cuaca di Australia. Seperti diketahui, negara Uni Eropa mempercepat pasokan karena akan menghidupkan kembali pembangkit listrik batu bara mereka setelah Rusia memangkas pasokan gas. Percepatan pengiriman juga dilakukan karena Eropa akan melarang impor batu bara dari Rusia mulai 10 Agustus mendatang.

Rumania, Rabu (6/7/2022), mengumumkan akan memperpanjang operasional pembangkit listrik batu bara. Dua pembangkit listrik batu bara mereka yang semula ditutup pada akhir tahun ini akan terus dioperasikan.

Rumania menyusul langkah negara Eropa lain seperti Inggris, Jerman, Austria, dan Belanda yang kembali menghidupkan pembangkit listrik mereka setelah Rusia memangkas pasokan gas ke kawasan tersebut.

Pemerintah Inggris telah mencapai kesepakatan dengan pengelola pembangkit listrik Drax di North Yorkshire untuk memperpanjang operasional pembangkit batu bara mereka hingga Maret 2023.

"Rusia telah memangkas pasokan gas, langkah pencegahan yang masuk akal harus dilakukan. Sebagai menteri energi, saya bertanggung jawab untuk memastikan pasokan listrik selama musim dingin," tutur Menteri Energi, Bisnis, dan Strategi Industri Inggris Kwasi Kwarteng, seperti dilansir The Guardian.

Akibat dari pemangkasan pasokan gas ke Eropa, harga gas alam terus melejit. Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) yang menjadi patokan Eropa menyentuh EUR 171 per megawatt-jam kemarin. Harga tersebut melonjak hampir 115% dalam sebulan.

Mahalnya harga gas membuat harga batu bara ikut melesat karena batu hitam merupakan sumber energi alternatif.

Sementara itu, Montel News melaporkan Eropa terus mempercepat impor batu bara dari Rusia ataupun negara lain sebelum tenggat sanksi diberlakukan. Pengiriman bara dari Rusia melalui pelabuhan di barat laut Eropa mencapai 1,8 juta sejak awal Juni 2022. Sebanyak 0,7 juta ton dikirim melalui pelabuhan-pelabuhan di Belanda, 0,4 juta ton ke Jerman sementara sisanya ke Denmark, Belgia, dan Inggris.

Eropa juga meningkatkan impor batu bara dari Afrika Selatan sejak Juni sebanyak 0,9 juta ton sementara dari Kolombia 0,8 juta ton "Selama impor dari Rusia masih bisa dilakukan, pengiriman dari sana akan terus menumpuk," tutur broker batu bara dari Inggris, dikutip dari Montel News.

Dilansir dari Mining.com, pengiriman batu bara ke Eropa selama Januari-Juni 2022 telah menembus 26, juta atau meningkat 35% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Gangguan cuaca yang mengakibatkan hujan deras hingga banjir juga masih mendorong melonjaknya harga batu bara.

Banjir masih melanda sejumlah wilayah Australia, termasuk beberapa bagian New South Wales. Kondisi tersebut berdampak kepada produksi dan pengiriman batu bara Australia mengingat New South Wales merupakan kantong produksi batu bara.

Hujan lebat juga diperkirakan akan mengguyur Queensland yang juga menjadi salah satu kantong produksi batu bara. Produsen besar batu bara Australia, Glencore, mengatakan operasional mereka di wilayah Hunter di New South Wales terimbas, meskipun hanya dalam jangka pendek.

Menyusul tingginya curah hujan, Australian Rail Track Corporation telah menutup jaringan kereta Hunter Valley di New South Wales pada Selasa malam waktu setempat hingga 48 jam. Padahal, jaringan tersebut memegang peran penting dalam mendukung ekspor batu bara melalui pelabuhan Newcastle.

Gangguan produksi akibat cuaca buruk juga terjadi di Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh Sekretaris dan Direktur PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivasta. Menurutnya saat ini produksi batu bara perusahaan terkena imbas cuaca buruk sejak akhir 2021.

Dia menegaskan perusahaan masih optimistis produksi batu bara mencapai target sekitar 80 juta ton. Target ini melesat dibandingkan produksi tahun lalu sebesar 70 juta ton.

"Kami melakukan dewatering darurat di beberapa tambang kami, tapi hujan masih cukup deras. Prakiraan cuaca menunjukkan ada kemungkinan kondisi La Nina bertahan di kuartal III-2022. Tapi kami berupaya produksi ke normal seoptimal mungkin," kata Dileep kepada CNBC Indonesia, Rabu (6/7/2022).

Gangguan cuaca di Australia dan Indonesia dikhawatirkan berdampak besar terhadap produksi dan lalu lintas pengiriman batu bara ke seluruh dunia. Padahal, Australia merupakan eksportir terbesar di dunia untuk batu bara metalurgi. Indonesia dan Australia adalah eksportir terbesar untuk batu bara thermal.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waduh! Harga Batu Bara Anjlok ke Level Sebelum Perang Ukraina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular