Duh! Investor Ini Beri Warning Pasar Saham Sudah Bubble

Riset, CNBC Indonesia
07 July 2022 08:10
In this photo provided by the New York Stock Exchange, trader Americo Brunetti works on the floor, Thursday, March 25, 2021. Stocks are wobbling in afternoon trading Thursday as a slide in technology companies is being offset by gains for banks as bond yields stabilize.(Courtney Crow/New York Stock Exchange via AP)
Foto: AP/Courtney Crow

Jakarta, CNBC Indonesia - Koreksi yang terjadi di pasar saham dinilai belum akan berakhir dan masih jauh dari titik terendah yang diperkirakan. Dan Suzuki, fund manager dari Richard Bernstein Advisors mengatakan bahwa pasar saham saat ini sedang berada dalam fase bubble.

"Ada dua hal yang pasti di dunia yang penuh dengan ketidakpastian ini yaitu bahwa pertumbuhan laba emiten akan melambat dan likuiditas akan mengetat" kata Suzuki dalam acara Fast Money CNBC International.

"Ini bukan kondisi yang bagus untuk masuk ke saham-saham yang sedang bubble" tambah Suzuki, melansir CNBC International.

Lebih lanjut, Suzuki juga memperingatkan apapun saham yang dipilih baik yang harganya murah, punya arus kas sehat hingga perusahaan dengan kualitas terbaik, semuanya memiliki kesamaan yaitu diuntungkan secara signifikan dengan likuiditas yang melimpah 5 tahun terakhir.

Likuiditas yang dipompa oleh bank sentral AS membuat pasar keuangan kebanjiran dana sehingga memicu kenaikan harga saham.

Saking besarnya likuiditas yang dipompa lewat quantitative easing (QE) oleh bank sentral AS the Fed, pasar saham pun menjadi ketergantungan, sehingga sekalinya likuiditas ditarik kembali, harga bisa langsung rontok.

Tahun ini The Fed telah menyampaikan akan agresif menaikkan suku bunga acuan dan melakukan pengurangan neracanya (balance sheet) sehingga likuiditas menjadi ketat.

Dampaknya di pasar keuangan adalah menguatnya dolar AS. Apresiasi greenback memicu terjadinya aliran modal keluar dari pasar keuangan negara berkembang sehingga mulai dari mata uang, obligasi hingga sahamnya anjlok.

Meskipun aliran modal asing kembali ke kampung halaman, tetapi tidak dibelikan saham. Investor cenderung keluar dari aset-aset berisiko dan memilih aset safe haven.

Namun aset safe haven yang dipilih tampaknya bukan obligasi atau emas karena kedua aset tersebut harganya juga ambrol sepanjang tahun ini.

Kenaikan dolar AS juga mengindikasikan bahwa investor bisa jadi menimbun kas. Dalam kondisi cash is king, semua aset keuangan cenderung dilepas.

Konsekuensi yang harus dihadapi adalah bubble yang sudah menggembung di pasar saham menurut Suzuki bisa jadi pecah (burst) dalam waktu dekat.


(trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular