
Harga Tembaga Anjlok, Terendah dalam 2 Tahun!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia jatuh ke posisi terendah dalam dua tahun terakhir pada perdagangan hari ini karena mata uang dolar Amerika Serikat (AS) yang mencapai posisi tertinggi dalam 20 tahun terakhir. China pun masih berperang melawan virus corona dan kenaikan suku bunga makin memperbesar risiko resesi global.
Pada Rabu (6/7/2022) pukul 14:00 WIB harga tembaga tercatat US$ 7.538/ton, turun 1,14% dibandingkan harga penutupan kemarin.
Dollar Index (membandingkan greenback dengan enam mata uang utama) kemarin berada di 106,535 yang merupakan tertinggi dalam dua dekade. Hal ini membuat tembaga yang dibanderol dengan dolar menjadi kurang menarik karena lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.
Sementara itu China terus berkutat dengan penyebaran virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang baru muncul termasuk di Shanghai.
Kasus di provinsi Anhui Timur, di mana lebih dari 1 juta orang di kota-kota kecil dikunci, sedikit menurun menjadi 222 pada Selasa dari 231 sehari sebelumnya. Provinsi ini masih menyumbang sebagian besar infeksi baru China. Sementara di provinsi Jiangsu timur, 65 kasus baru terdeteksi pada Selasa.
"Beberapa daerah China menghadapi wabah lokal dan infeksi telah muncul di tingkat komunitas di Shanghai, yang harus kita anggap sangat penting," kata pejabat kesehatan kota Zhao Dandan.
China melawan penyebaran virus dengan prinsip nol Covid, lockdown bisa sewaktu-waktu diterapkan. Akibatnya prospek ekonomi China menjadi tidak pasti dan akan berpengaruh negatif terhadap permintaan komoditas untuk industri termasuk tembaga.
"Logam dasar tetap tertekan oleh hambatan makro yang berasal dari penguncian Covid China dan dampak pengetatan kebijakan moneter dan perlambatan pertumbuhan global berdasarkan permintaan," kata Standard Chartered dalam sebuah catatan.
Melambungnya inflasi di AS dan Eropa menyebabkan bank sentral secara agresif menaikkan suku bunganya. The Fed, bank sentral AS, sudah resmi meninggalkan era suku bunga rendah. Suku bunganya sudah naik 3 kali secara agresif dan akan naik lagi.
Ke depan The Fed diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada bulan ini. Dalam jajak pendapat Reuters 17-21 Juni, hampir tiga perempat ekonom, memperkirakan kenaikan suku bunga AS 75 basis poin lagi pada Juli. Itu akan membawa suku bunga dana fed fund ke kisaran 2,25-2,5%,
Sementara Bank sentral Eropa (ECB) pun tampaknya akan menaikkan suku bunga bank pada bulan ini sebesar 25 basis poin. Lalu diperkirakan akan lebih agresif pada September dengan kenaikan 50 basis poin.
Tembaga sebagai "the new oil" akan terdampak negatif dari kenaikan suku bunga karena ada potensi ekspansi industri akan tertekan. Tembaga dipakai dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan perlengkapan sehari-hari, pembangunan, infrastruktur, transportasi, dan industri.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Semester II, Harga Tembaga Anjlok 2%