
Harga Timah Jatuh 2% Lebih! Begini Ceritanya...

Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakan kasus virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) dan kekhawatiran resesi menyeret turun harga timah dunia.
Pada Selasa (5/7/2022) pukul 17:00 WIB harga timah dunia tercatat US$ 25.945/ton, ambles 2,46% dibandingkan harga penutupan kemarin.
Kota-kota di China Timur memperketat pembatasan Covid-19 karena terbentuk klaster baru, menimbulkan ancaman baru bagi pemulihan ekonomi China di bawah kebijakan ketat nol-Covid pemerintah. Wuxi, pusat manufaktur di Delta Yangtze, menghentikan operasi di banyak tempat umum termasuk toko dan supermarket.
Layanan makan di restoran ditangguhkan dan pemerintah menyarankan orang untuk bekerja dari rumah. Otoritas kota mendesak warga untuk tidak meninggalkan Wuxi kecuali diperlukan, setelah melaporkan 42 kasus baru tanpa gejala pada Sabtu.
China terus berupaya menghentikan infeksi baru dengan menerapkan pengetatan mobilitas. Namun penguncian malah berdampak besar pada ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Pada Mei saat terjadi lockdown, aktivitas manufaktur China tertekan hingga berada di zona kontraksi. Aktivitas manufaktur China pada Juni yang dirilis oleh Caixin berada di 48,1.
Hal tersebut yang dikhawatirkan ketika ada lonjakan kasus. Meskipun jumlahnya sedikit tetapi dengan prinsip nol Covid, lockdown bisa sewaktu-waktu diterapkan dan kembali menekan industri.
China sendiri adalah konsumen timah terbesar di dunia. Konsumsi timah China mencapai 216.200 ton pada tahun 2020, melansir Statista. Sehingga permintaan dari Negeri Panda tersebut dapat berpengaruh terhadap harga timah dunia.
Kemudian, kekhawatiran resesi global masih membayangi. Saat resesi terjadi, ekonomi akan mandek. Begitu juga dengan aktivitas industri yang jadi konsumen timah. Akibatnya permintaan timah diramal akan lesu.
Pemicu resesi salah satunya adalah sikap agresif dalam menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi yang melambung. Sehingga kenaikan suku bunga pun lebih berpengaruh terhadap laju harga timah.
Nathan Sheets, kepala ekonom global Citigroup mengatakan risiko dunia mengalami resesi kini sebesar 50% dalam 18 bulan ke depan.
Sheet melihat pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 2,3%, turun dari sebelumnya 2,6%. Sementara 2023 sebesar 1,7% turun dari sebelumnya 2,1%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Breaking News: Harga Timah Lompat 7%!