BI Awas! Inflasi RI Sudah Lampu Kuning, Jangan Telat Kayak AS

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
05 July 2022 15:40
Gedung BI
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Gejolak geopolitik Rusia dan Ukraina masih membayangi perekonomian global, tak terkecuali Indonesia. Tercermin dari tingkat inflasi pada Juni 2022 yang tercatat 4,35% secara tahunan (year on year/yoy).

Inflasi yang terjadi pada Juni 2022 yang sebesar 4,35% tersebut lebih tinggi dibandingkan Mei 2022 yang mencapai 3,55% dan tertinggi sejak Juni 2017. Lantas, perlukah Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi dengan menaikan suku bunga acuan?

Kepala Ekonom PT BCA Tbk David Sumual memandang kebijakan moneter harus lebih hati-hati, jangan sampai seperti pengalaman di banyak negara, seperti Amerika Serikat (AS) yang awalnya mengira kebijakan inflasi hanya bersifat temporer.

"Banyak negara seperti Amerika Serikat yang telat menaikan suku bunga, ada indikasi harga komoditas tinggi, pertumbuhan kredit meningkat dan akan berpengaruh ke inflasi. Inflasi ini perlu kita jangkar, jangan sampai bergerak liar," jelas David kepada CNBC Indonesia, Selasa (5/7/2022).

Oleh karena itu, menurut David dalam menjangkar inflasi di tanah air, BI perlu menaikan suku bunga acuan secara gradual.

"Saya melihat bisa dinaikan 75-100 basis point. Kalau kenaikan gradual dan tidak setinggi di AS, terbatas, terukur dan gradual, saya pikir itu tidak akan membantu momentum pertumbuhan ekonomi. Justru momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan berlanjut," kata David lebih lanjut.

Senada juga disampaikan oleh Head Economic and Research UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja mengatakan, BI sebagai otoritas yang bekerjanya lewat inflasi, perlu untuk mulai melakukan intervensi terhadap suku bunga acuan.

"Kami memang melihat ekspektasi inflasi sudah meningkat. Jadi, memang waktunya cukup tepat untuk menaikan suku bunga acuan di bulan Juli dan seterusnya," jelas Enrico.

Enrico memperkirakan suku bunga acuan BI hingga akhir tahun bisa menyentuh 4,5%, sehingga ada gap positif 100 basis point melawan The Fed.

"Kalau fed fund rate naik sampai 4% sampai di tahun depan, prediksi kita di BI akan bergerak sampai di 5% di Kuartal I-2023. Nah, menjelang akhir itu, pasti dengan ketertarikan perbedaan imbal hasil, pasti foreign investment akan masuk lagi," jelas Enrico lagi.

Ekonom PT Bank Permata Josua Pardede juga memandang, jika inflasi sudah melebihi di atas 4% atau di atas target BI yakni 4,2%, menurut Josua, BI perlu untuk menaikan suku bunga cuan.

"Dengan inflasi, kalau inflasi di atas 4%, di atas target Bank Indonesia, bisa menaikan suku bunga acuan," jelas Josua.


(cap/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masih Tahan Suku Bunga Acuan 3,5%, Ini Penjelasan Lengkap BI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular