
Semester Satu, Mata Uang Kripto Besar Anjlok 50%-80%!

Fenomena jatuhnya dua kripto besutan Terra yakni LUNA dan UST sempat membuat heboh di kalangan investor dan trader di pasar kripto.
Token LUNA, harganya yang sempat menyentuh harga tertingginya di US$ 116,41 per keping pada awal April lalu, tiba-tiba ambruk ke bawah kisaran harga US$ 1 per kepingnya pada awal Mei lalu.
Sedangkan di UST pada awal Mei lalu juga tak dapat mempertahankan pasaknya di US$ 1, di mana UST anjlok ke bawah US$ 1. Bahkan pada pertengahan Mei hingga awal Juni, harga UST pun makin menjauhi US$ 1.
LUNA merupakan aset kripto proyek berbasis blockchain yang dikembangkan oleh Terraform Labs di Korea Selatan.
Terra memiliki ambisi sebagai platform yang menciptakan stablecoin yang dikaitkan dengan uang resmi yang diterbitkan oleh bank sentral.
Tujuannya untuk mendukung sistem pembayaran global dengan settlement yang cepat dan terjangkau seperti contohnya Alipay di blockchain. Pengembang menawarkan target satu koin senilai US$ 1.
LUNA memiliki peran yang vital untuk menstabilkan harga dari stablecoin yang ada di ekosistem Terra dan mengurangi volatilitas pasar. Ketika UST turun sedikit maka LUNA akan dijual atau dibakar (dihancurkan) untuk menstabilkan harga.
UST merupakan stablecoin algoritma. Alih-alih memiliki uang tunai dan aset riil lainnya yang disimpan sebagai cadangan untuk mendukung token, proyek ini menggunakan campuran kode yang komplek dan LUNA untuk menstabilkan harga.
LUNA dan UST memang menjadi penyebab crash kripto pertama pada awal Mei lalu. Namun, Bitcoin yang dikabarkan menjadi cadangan tambahan di ekosistem Terra turut membuat harga Bitcoin ambruk dan sempat menyentuh level terendahnya sejak Juli 2021 pada saat itu.
Menurut CEO Binance, Changpeng Zhao, kejatuhan LUNA dan UST terjadi karena adanya cacat desain yang dia sebut sebagai paling bodoh.
Cacat desain itu menerbitkan lebih banyak aset akan meningkatkan nilai total atau kapitalisasi pasar. Menurutnya mencetak token lebih banyak tidak akan menciptakan nilai, namun akan melemahkan nilai aset kripto.
"Mencetak Luna secara eksponensial membuat masalah jadi jauh lebih buruk. Siapapun yang merancang ini harus diperiksa otaknya,"tulis Zhao.
Setelah sekitar sebulan pasca jatuhnya LUNA dan UST, giliran perusahaan-perusahaan kripto yang dilanda masalah akibat banyaknya investor yang ingin menarik dananya di perusahaan tersebut.
Banyak perusahaan kripto yang terpaksa melakukan pemangkasan karyawannya untuk alasan efisiensi agar perusahaan dapat berjalan normal. Beberapa perusahaan tersebut seperti BlockFi, Bybit, Crypto.com, dan Coinbase.
Namun, ada salah satu perusahaan peminjaman kripto yang sempat membuat gempar di kalangan investor, yakni Celsius Network, di mana perusahaan menghentikan penarikan dana oleh nasabahnya. Hingga kini pun, Celsius sepertinya belum membuka kembali penarikan dana tersebut.
Kejadian yang ditimbulkan oleh Celsius membuat pasar kripto mengalami crash untuk kedua kalinya hanya dalam hitungan bulan saja. Bahkan di Bitcoin, harganya makin ambruk dan sempat menyentuh level terendahnya sejak 2017, yakni di kisaran US$ 17.000.
Krisis yang dimulai oleh Celsius pun mulai merembet, di mana beberapa perusahaan kripto juga dilanda krisis keuangan, utamanya krisis likuiditas. Seperti yang terjadi di perusahaan dana lindung nilai (hedge fund), Three Arrows Capital yang sudah dinyatakan default oleh Voyager Digital, salah satu kreditur Three Arrows Capital.
Hingga kini, krisis likuditas yang menimpa beberapa perusahaan kripto masih terus terjadi, di mana mereka yang mengalami krisis juga sempat berinvestasi token LUNA dan UST.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)[Gambas:Video CNBC]
