
Kurs Dolar Australia Turun ke Bawah Rp 10.200, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melemah melawan rupiah pada perdagangan Jumat (30/6/2022). Padahal, rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) dan Singapura.
Melansir data Refinitiv, dolar Australia pagi ini menyentuh Rp 10.173/AU$, melemah 0,44% di pasar spot.
Dolar Australia masih menurun meski data dari China menunjukkan sektor manufaktur kembali berekspansi. Data dari Pemerintah China menunjukkan purchasing managers' index (PMI) Juni sebesar 50,2 dari bulan Juni 49,6.
Angka di atas 50 berarti ekspansi, sebaliknya di bawahnya merupakan kontraksi.
Sektor manufaktur China yang kembali berekspansi tentunya memberikan dampak yang positif ke Australia. Permintaan komoditas berpotensi meningkat, sebab China merupakan mitra dagang utama Australia.
Namun, jika dilihat per sektor, PMI industri baja justru kembali menurun, bahkan cukup tajam menjadi 36,2 dari sebelumnya 40,9.
Hal ini tentunya berisiko menurunkan permintaan bijih besi yang merupakan komoditas ekspor utama Australia, kontribusinya sekitar 15%.
Sementara itu dari dalam negeri, pelaku pasar menanti rilis data CPI Jumat besok.
Inflasi Indonesia diperkirakan mencapai 0,44% (month to month/mtm) pada Juni tahun ini, meningkat dibandingkan 0,4% pada Mei lalu. Inflasi secara tahunan (year on year/yoy) juga diperkirakan melonjak.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi memperkirakan inflasi secara tahunan diperkirakan menembus 4,15%. Level tersebut akan menjadi yang tertinggi sejak Juni 2017 atau dalam lima tahun terakhir di mana pada saat itu inflasi tercatat 4,37%.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan inflasi di bulan Juni merangkak naik karena meningkatnya inflasi komponen inti dan kelompok barang bergejolak.
"Kenaikan inflasi inti disebabkan oleh peningkatan konsumsi domestik, diikuti dengan kenaikan harga emas global. Di sisi lain, beberapa harga pangan masih mencatatkan kenaikan sepanjang bulan Juni," tutur Josua, kepada CNBC Indonesia.
Rilis data inflasi inti juga akan mempengaruhi outlook suku bunga Bank Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?
