Jadi Idola, Siapa Saja Konsumen Terbesar Minyak Rusia?
Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah masih berlangsungnya perang antara Rusia dengan Ukraina dan masih berlangsungnya sanksi ekonomi terhadap Rusia oleh Negara Barat, banyak negara yang masih membutuhkan energi fosil dari Rusia, terutama minyak mentah.
Rusia merupakan produsen terbesar ketiga di dunia dan pengekspor minyak mentah terbesar kedua di dunia.
Dalam 102 hari sejak dimulainya perang Rusia-Ukraina, komoditas minyak sejauh ini merupakan ekspor bahan bakar fosil paling berharga di Rusia, menyumbang sebesar US$ 48 miliar atau kira-kira setengah dari total pendapatan ekspor.
Namun siapa sajakah importir minyak mentah Rusia saat ini? Berikut ini negara-negara yang menjadi importir terbesar minyak mentah Rusia.
China menjadi negara importir minyak Rusia terbesar saat ini, menggeser posisi Jerman sebagai importir terbesar sebelumnya.
China mengimpor hampir 2 juta barel minyak Rusia yang didiskon per hari di bulan Mei lalu, naik 55% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Demikian pula, Rusia melampaui Arab Saudi sebagai pemasok minyak terbesar untuk China.
China mengimpor minyak dari Rusia, termasuk pasokan yang dipompa melalui pipa Samudra Pasifik Siberia Timur dan pengiriman melalui laut dari pelabuhan Eropa dan Timur Jauh Rusia, berjumlah hampir 8,42 juta ton, menurut data dari Administrasi Umum Kepabeanan China.
Hal itu setara dengan sekitar 1,98 juta barel per hari (bph) dan naik seperempat dari 1,59 juta bph pada April lalu.
Impor minyak mentah China secara keseluruhan naik hampir 12% pada Mei lalu dari basis rendah tahun sebelumnya menjadi 10,8 juta bph, dibandingkan rata-rata tahun 2021 sebesar 10,3 juta bph.
Selain China, peningkatan impor terbesar juga datang dari India, di mana Negeri Bollywood membeli sebesar 18% dari seluruh ekspor minyak Rusia selama periode sekitar 100 hari sejak dimulainya perang Rusia-Ukraina.
Sejumlah besar minyak yang masuk ke India diekspor kembali sebagai produk olahan ke Amerika Serikat (AS) dan Eropa, yang berusaha untuk menjadi independen dari impor Rusia.
India merupakan konsumen minyak terbesar ketiga di dunia. Namun, konsumsi minyak Negeri Bollywood sangat bergantung dengan impornya, di mana lebih dari 80% di antaranya merupakan minyak impor.
Secara historis, Rusia belum menjadi pemasok utama minyak mentah ke India. Pada Januari dan Februari tahun ini, India sama sekali tidak mengimpor minyak mentah dari Rusia. Namun pada Maret lalu, impor mulai meningkat.
Menurut data pelacakan kapal tanker pada Mei lalu, impor minyak Rusia kini menjadi sumber terbesar kedua untuk India setelah impor dari Irak, menurut perusahaan analisis data Kpler.
Di Eropa sendiri, masih ada Belanda yang menjadi importir minyak mentah terbesar kedua setelah China hingga hari ke 100 sejak perang Rusia-Ukraina dimulai. Lagi-lagi, Jerman tergeser oleh Belanda.
Namun ironisnya, posisi Belanda yang berada di Eropa membuat Negeri Kincir Angin tersebut cenderung dilema, karena Eropa sendiri mendukung embargo energi dari Rusia, termasuk minyak mentah.
Belanda menerima sebesar 79 pengiriman minyak mentah laut dari Rusia, lebih dari dua kali lipat yang diterima oleh negara lain.
Menanggapi perang Ukraina oleh Rusia, beberapa negara, utamanya di Eropa telah mengambil tindakan tegas terhadap Rusia melalui sanksi ekspor, termasuk bahan bakar fosil.
Dibandingkan dengan negara-negara yang mendukung embargo energi Rusia, Belanda dan juga Jerman hanya menjalankannya sedikit terpaksa, di mana pengurangan volume impor energi fosil dari Rusia kurang dari 10%.
Di Belanda, pengurangan volume energi fosil hanya sebesar 5% dan di Jerman hanya 8%.
Pembatasan impor kemungkinan akan terus berlanjut. Uni Eropa baru-baru ini mengadopsi paket sanksi keenam terhadap Rusia, di mana paket sanksi ini menempatkan larangan penuh pada semua produk minyak mentah lintas laut Rusia.
Larangan yang mencakup 90% dari impor minyak Uni Eropa dari Rusia kemungkinan akan menyadari dampak penuhnya setelah periode enam hingga delapan bulan kemudian yang memungkinkan pelaksanaan kontrak yang ada.
Saat Uni Eropa menghapus minyak Rusia secara bertahap, beberapa negara Eropa masih sangat bergantung pada gas alam Rusia.
Embargo penuh terhadap bahan bakar fosil Rusia juga akan merugikan ekonomi Eropa. Oleh karena itu, penghentiannya kemungkinan akan bertahap, disesuaikan dengan kondisi geopolitik yang berubah-ubah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)