
Eropa Embargo Minyak Rusia, Minyak Mentah Kian Mendidih

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia melonjak setelah para pemimpin Uni Eropa sepakat untuk melarang 90% minyak mentah Rusia pada akhir tahun.
Pada Selasa (31/5/202) pukul 10.25 WIB harga minyak mentah jenis Brent tercatat US$ 122,63 per barel, naik 0,79% dibandingkan dengan posisi kemarin. Sedangkan yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 118,11/barel, ikut menguat 2,64%.
Embargo minyak Rusia tersebut merupakan bagian dari paket sanksi keenam Uni Eropa terhadap Rusia sejak menyerang Ukraina. Pembicaraan untuk memberlakukan embargo minyak telah berlangsung sejak awal bulan.
"Dewan Eropa setuju bahwa paket keenam sanksi terhadap Rusia akan mencakup minyak mentah, serta produk minyak bumi, yang dikirim dari Rusia ke Negara-negara Anggota, dengan pengecualian sementara untuk minyak mentah yang dikirim melalui pipa," menurut pernyataan Dewan Eropa, mengutip CNBC Internasional pada Selasa (31/5/2022).
Charles Michel, presiden Dewan Eropa, pun mengatakan langkah embargo akan segera mencapai 75% dari impor minyak Rusia.
Adapun pengecualian sementara mencakup sisa minyak Rusia yang belum dilarang, kata Presiden Komisi Eropa Ursula Von der Leyen dalam konferensi pers.
"Kami telah sepakat bahwa Dewan akan kembali ke topik sesegera mungkin dalam satu atau lain cara. Jadi ini adalah topik di mana kami akan kembali dan di mana kami masih harus bekerja, tapi ini adalah langkah besar ke depan, apa yang kami lakukan hari ini," kata Ursula.
Rusia adalah negara nomor empat eksportir terbesar minyak mentah di dunia dengan pangsa pasar 11,4% terhadap total pasokan minyak dengan rata-rata ekspor 8 juta barel per hari (bph) selama sepuluh tahun terakhir, mengutip data BP Statistic.
Paling banyak ekspor minyak Rusia adalah ke Eropa. Besarannya adalah 138,2 juta ton pada tahun 2020. Jumlah ini setara 29% total impor minyak Eropa yaitu 475,9 juta ton setahun.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(ras/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukti Hantu Resesi, Minyak di Atas US$ 100 & Inflasi AS 8,5%