Bukti Hantu Resesi, Minyak di Atas US$ 100 & Inflasi AS 8,5%

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
11 May 2022 16:50
Oil facilities are seen on Lake Maracaibo in Cabimas, Venezuela January 29, 2019. REUTERS/Isaac Urrutia
Foto: Ilustrasi: Fasilitas minyak terlihat di Danau Maracaibo di Cabimas, Venezuela, 29 Januari 2019. REUTERS / Isaac Urrutia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia bangkit dan kembali ke zona hijau setelah jatuh sekitar 9% selama dua hari terakhir. Angka kasus Covid-19 di Shanghai dan Beijing turun pada hari Selasa, memberikan optimisme di kalangan pelaku pasar.

Pada Rabu (11/5/2022) pukul 14.30 WIB harga minyak jenis brent tercatat US$ 104,93/barel. Melonjak 2,41% dari posisi penutupan perdagangan kemarin. Sedangkan yang jenis light sweet atawa West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 102,09/barel. Juga naik 2,34%.

Harga minyak mentah naik sekitar 34% sejak awal tahun, didukung oleh pemulihan ekonomi diiringi oleh kapasitas cadangan yang turun. Serangan Rusia ke Ukraina semakin mendorong harga minyak mentah mencatatkan rekor tertinggi di US$ 139,13.barel.

Tingginya harga minyak dunia berdampak kepada semakin cepat laju inflasi dunia. Amerika Serikat (AS), negara dengan ekonomi terbesar dunia, mengalami laju inflasi tercepat sejak 40-an tahun lalu di 8,5% year-on-year (yoy) pada bulan Maret.

Malam ini, inflasi AS yang diukur untuk bulan April akan diumumkan. Jajak pendapat yang dilakukan Reuters mencatat proyeksi laju inflasi AS akan sedikit melambat pada bulan April, yaitu 8,1%. Hal ini karena kinerja minyak dunia yang berada di zona merah bulan ini, turun 4%.

"Angka besar CPI (inflasi) AS malam ini mungkin mengantar spekulasi lebih lanjut dari kenaikan suku bunga Fed yang lebih agresif, yang umumnya dapat mengurangi selera untuk aset berisiko," kata Howie Lee, ekonom di Oversea-Chinese Banking Corp di Singapura.

"Investor juga mengamati hasil sanksi yang diusulkan oleh Uni Eropa terhadap minyak Rusia," tambahnya.

Di sisi lain, Shanghai melaporkan penurunan 51% kasus infeksi baru Covid-19 pada hari Selasa (11/5/2022), di antaranya dengan nol kasus ditemukan di beberapa wilayah. Ini memberi harapan akan terjadi pembukaan mobilitas, kemudian roda ekonomi kembali berputar. Sehingga permintaan akan minyak kembali meningkat.

China sendiri merupakan salah satu konsumen minyak mentah terbesar dunia. Konsumsinya mencakup 16% dari total konsumsi minyak dunia. Sehingga permintaan dari China dapat mempengaruhi harga minyak mentah dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Omicron Tak Lagi Mengkhawatirkan, Harga Minyak Melesat 8%!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular