Harga Minyak Naik, Tersengat Manuver Trump Soal Rusia

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
14 July 2025 10:15
minyak dunia
Foto: minyak dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia menguat pada awal pekan ini. Minyak Brent tercatat naik tipis sebesar 8 sen menjadi US$70,44 per barel pada pukul 9.20 WIB Senin (14/7/2025), sementara West Texas Intermediate (WTI) menguat ke level US$68,50. Penguatan ini memperpanjang reli hari Jumat lalu, di mana Brent melonjak 2,51% dan WTI naik 2,82%.

Sentimen utama yang menggerakkan harga datang dari ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Rusia. Presiden AS Donald Trump dikabarkan akan membuat pernyataan besar terkait Rusia hari ini, setelah sebelumnya mengumumkan pengiriman sistem pertahanan udara Patriot ke Ukraina. Langkah ini diperkirakan akan memperburuk hubungan dengan Moskow dan menimbulkan kekhawatiran terhadap pasokan energi global.

Dari sisi legislasi, Kongres AS tengah mematangkan RUU bipartisan yang berisi sanksi baru terhadap Rusia. Sementara itu, Uni Eropa dilaporkan hampir mencapai kesepakatan paket sanksi ke-18 yang mencakup penurunan batas harga minyak Rusia. Tekanan politik terhadap Kremlin pun semakin intensif.

Namun, potensi kenaikan harga minyak masih tertahan oleh laporan bahwa Arab Saudi meningkatkan produksi minyak di atas kuota kesepakatan OPEC+. Data dari Badan Energi Internasional (IEA) menunjukkan bahwa produksi Saudi mencapai 9,8 juta barel per hari (bph) pada Juni, melampaui target 9,37 juta bph. Meski begitu, Kementerian Energi Saudi membantah pelanggaran tersebut, mengklaim bahwa pasokan ke pasar tetap sesuai dengan kesepakatan.

Selama sepekan terakhir, harga Brent tercatat naik sekitar 3%, sedangkan WTI menguat 2,2%. Kenaikan ini juga didorong oleh lonjakan permintaan musiman di musim panas untuk bahan bakar transportasi dan pembangkit listrik, terutama di negara-negara belahan bumi utara.

Pelaku pasar kini menantikan data perdagangan komoditas China yang akan dirilis hari ini, guna melihat apakah pelemahan permintaan dari negara tersebut masih berlanjut. Di sisi lain, ketidakpastian terkait negosiasi tarif antara AS dan mitra dagang utamanya juga terus membayangi prospek pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi ke depan.

CNBC Indonesia 


(emb/emb)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Brent Melemah Usai Serangan Drone di Rusia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular