Terungkap! Ini Penyebab Harga Bitcoin Turun

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
30 June 2022 12:42
Gambar Konten, Cryptocurrency Ambrol
Foto: Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Bitcoin terpantau kembali diperdagangkan di bawah zona psikologis US$ 20.000 pada perdagangan Kamis (30/6/2022), karena investor masih khawatir dengan kondisi makroekonomi global dan krisis yang terjadi di perusahaan kripto.

Berdasarkan data dari CoinMarketCap pukul 12:20 WIB, Bitcoin melemah 1,39% ke posisi harga US$ 19.999,32/BTC atau setara dengan Rp 297.289.892/BTC (asumsi kurs Rp 14.865/US$).

Sebelumnya pada perdagangan Rabu kemarin, tepatnya sore hari sekitar pukul 18:24 WIB, Bitcoin sempat terkoreksi ke harga US$ 19.939,93/BTC.

Dalam sepekan terakhir, Bitcoin terkoreksi 1,57% dan dalam sebulan terakhir Bitcoin ambles 36,79%. Sementara sepanjang tahun ini, Bitcoin sudah ambruk hingga 58,05%.

Adapun kapitalisasi pasar Bitcoin saat ini mencapai US$ 381,67 miliar. Sedangkan volume transaksinya dalam 24 jam terakhir mencapai US$ 23,25 miliar.

Bitcoin (BTC)Sumber: CoinMarketCap
Bitcoin (BTC)

Bitcoin telah diperdagangkan dalam kisaran yang ketat dalam dua pekan terakhir dan tidak mampu membuat pergerakan besar jauh di atas US$ 22.000.

"Sebuah narasi yang bisa dimainkan dengan baik untuk sisa tahun ini dan seterusnya memandu Bitcoin dan kripto lainnya kembali diperdagangkan lebih rendah hari ini, karena sentimen pasar masih berkutat di resesi dan tingkat inflasi yang masih meninggi," kata analis di bursa cryptocurrency Bitfinex, dalam laporan riset hariannya, dikutip dari CNBC International.

Inflasi yang masih meninggi, ditambah bank sentral Amerika Serikat (AS) dan beberapa bank sentral Negara Barat yang juga menargetkan kenaikan suku bunga lebih lanjut, telah memicu kekhawatiran resesi di AS dan Negara Barat lainnya.

Pada Rabu kemarin waktu AS, bursa saham (Wall Street) masih cenderung lesu, tetapi mulai ada tanda-tanda membaik, meski dua indeks utama yakni S&P 500 dan Nasdaq masih terkoreksi tetapi cenderung tipis-tipis.

Ketika kuartal II-2022 akan berakhir pada Kamis, hari ini, kekhawatiran akan resesi meningkat kembali.

Kekhawatiran atas ekonomi yang melambat dan kenaikan suku bunga yang agresif menghabiskan sebagian besar paruh pertama tahun ini karena investor terus mencari titik terendah dari aksi jual pasar yang ganas.

"Kami memperkirakan volatilitas yang signifikan pada musim panas ini dengan reli mencengangkan di jangka pendek, diikuti koreksi yang dipicu oleh kabar ekonomi," tutur analis senior Wells Fargo, Christopher Harvey dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.

Sementara itu menurut Vijay Ayyar, vice president perusahaan pertukaran kripto Luno, mengatakan bahwa Bitcoin kemungkinan akan diperdagangkan di kisaran US$ 17.000 dan US$ 22.000 dalam jangka pendek.

"Untuk sementara waktu, mengingat sentimen pasar saat ini dan kenaikan suku bunga yang masih akan terjadi oleh Federal Reserve (The Fed) pada Juli mendatang, dapat terus membebani semua aset berisiko, termasuk kripto," kata Vijay Ayyar, dilansir dari CNBC International.

"Sebagian besar pembalikan harga, kemudian dengan cepat dijual oleh investor selama beberapa minggu terakhir, biasanya dikategorikan sebagai rebound di bear market, di mana hal ini bertujuan untuk menjebak pembeli yang terlambat, hanya untuk membuat mereka terpaksa menjual di posisi lebih rendah," tambah Ayyar. 

Jatuhnya harga kripto selama beberapa pekan terakhir, bahkan dalam dua bulan terakhir telah menyebabkan krisis likuiditas yang menerpa banyak perusahaan kripto, baik itu perusahaan pemberi pinjaman, dana lindung nilai (hedge fund), bahkan juga bursa kripto itu sendiri.

Krisis likuiditas yang menimpa beberapa perusahaan kripto juga turut memperberat Bitcoin pada hari ini, karena mereka juga dapat melakukan segala bentuk kegiatan yang dapat mempengaruhi pergerakan kripto.

Pada awal bulan ini, perusahaan pemberi pinjaman kripto yakni Celsius Network menghentikan penarikan untuk pengguna dengan alasan "kondisi pasar yang ekstrem."

Bahkan terbaru, yakni bursa kripto CoinFlex juga menghentikan penarikan untuk pelanggan setelah satu klien gagal membayar utang (default) kepada perusahaan.

Sebelum CoinFlex, ada hedge fund besar yang telah resmi gagal bayar (default) oleh salah satu krediturnya, yakni Three Arrows Capital (3AC), di mana hedge fund tersebut resmi default oleh Voyager Digital, salah satu kreditur atau pihak yang memberi pinjaman kepada Three Arrows Capital.

Three Arrows Capital gagal membayar utangnya lebih dari US$ 670 juta dari Voyager Digital.

Bahkan, miliarder sekaligus CEO bursa kripto terbesar kedua di dunia, FTX yakni Sam Bankman-Fried, telah turun tangan untuk menyelamatkan perusahaan-perusahaan yang sedang menghadapi kesulitan dana.

Adapun perusahaan yang mendapat bantuan dari Bankman-Fried yakni perusahaan pinjaman kripto BlockFi dan Voyager Digital, di mana keduanya mendapatkan bantuan dana melalui jalur kredit.

Di BlockFi, bantuan dana diberikan langsung oleh FTX, sedangkan di Voyager, bantuan dana diberikan melalui Alameda Research, perusahaan riset kuantitatif yang juga dimiliki oleh Bankman-Fried.

"Pasar sedang beristirahat setelah jatuh. Masih ada masalah sistemik ketika orang menopang berbagai efek domino dari memicu efek ketukan," kata Charles Hayter, CEO CryptoCompare, mengatakan kepada CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular