Sesi I

Usai Koreksi 3 Hari Beruntun, IHSG Akhirnya Hijau!

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
Kamis, 30/06/2022 12:16 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada penutupan perdagangan sesi I, Kamis (30/6/2022) pasca terkoreksi selama 3 hari beruntun di tengah kekhawatiran kondisi ekonomi global.

IHSG dibuka menguat 0,1% di posisi 6.949,11 dan berakhir di zona hijau dengan apresiasi 0,37% atau 25,75 poin ke 6.968,1 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat turun ke Rp 6,02 triliun dengan melibatkan lebih dari 11 miliar saham.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka IHSG sudah berada di zona hijau, meski tipis di awal perdagangan, IHSG melanjutkan penguatan 0,41% ke 6.970,2 dan bergerak mendekati level psikologis 7.000 pada 09:10 WIB.


Seiring berjalannya perdagangan, IHSG terpantau konsisten bertahan di zona hijau hingga penutupan perdagangan sesi I. Level terendah berada di posisi 6.942,24 sesaat setelah perdagangan dibuka dan level tertinggi berada di 6.990,86 pukul 09:20 WIB.

Mayoritas saham siang ini melemah yakni sebanyak 272 unit, sedangkan 204 unit lainnya menguat dan 189 sisanya stagnan.

Koreksi pada IHSG dalam 3 hari terakhir membuat ranking indeks saham acuan nasional tersebut turun dua peringkat menjadi ke posisi 5 dari sebelumnya di posisi 3.

Namun jika dibandingkan dengan negara lain, pasar saham RI masih tergolong tangguh. Sepanjang tahun ini return yang dihasilkan IHSG mencapai 5,48% dan masih menduduki peringkat 1 di kawasan Asia Pasifik.

Kekhawatiran ekonomi saat ini akan terus membebani pasar. Tingkat inflasi yang tinggi masih menjadi risiko terbesar atas aset keuangan. Hal ini yang menyebabkan investor cenderung pesimis untuk terus berada di pasar saham.

Sentimen masih di dominasi oleh Amerika Serikat (AS), saat berbicara di European Central Bank Forum, Powell menyatakan tidak bisa menjamin perekonomian AS terhindar dari resesi akibat kenaikan suku bunga agresif. Pernyataan tersebut menegaskan The Fed akan terus menaikkan suku bunga untuk menurunkan inflasi, meski perekonomian AS berisiko mengalami resesi.

Pada pembacaan terakhir angka pertumbuhan ekonomi AS, produk domestik bruto (PDB) Negeri Paman Sam terkontraksi 1,6% pada kuartal I-2022. Angka aktual tersebut menunjukkan kontraksi yang lebih besar dari pembacaan kedua yang menunjukkan kontraksi 1,5%.

Kekhawatiran atas ekonomi yang melambat dan kenaikan suku bunga yang agresif menghabiskan sebagian besar paruh pertama tahun ini karena investor terus mencari titik terendah dari aksi jual pasar yang masif.

Dalam waktu dekat, The Fed telah melembagakan beberapa kenaikan suku bunga untuk mencoba menahan kenaikan harga yang cepat. Tetapi Powell mengatakan bahwa penting juga untuk menahan ekspektasi inflasi dalam jangka panjang, sehingga tidak mengakar dan menciptakan siklus yang terpenuhi dengan sendirinya.

Dari China, data aktivitas manufaktur yang tercermin pada Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) periode Juni 2022 versi NBS yang dirilis pada hari ini pukul 09:30 waktu setempat mencatatkan PMI manufaktur China pada bulan ini naik menjadi 50,2, dari sebelumnya pada Mei lalu di angka 49,6.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawah 50 artinya kontraksi, sementara di atasnya ekspansi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum/aum)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat