Kripto Masih Belum Bergairah, Bitcoin 'Galau'

chd, CNBC Indonesia
30 June 2022 10:50
Harga Bitcoin anjlok
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas kripto utama masih terkoreksi hingga perdagangan Kamis (30/6/2022), di mana investor masih khawatir dengan kondisi makroekonomi global dan krisis yang terjadi di perusahaan kripto.

Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:10 WIB, Bitcoin melemah 1,44% ke harga US$ 20.041,62/koin atau setara dengan Rp 297.918.681 /koin (asumsi kurs Rp 14.865/US$), sedangkan Ethereum ambles 5,3% ke posisi US$ 1.089,12/koin atau Rp 16.189.769/koin.

Sedangkan beberapa koin digital (token) alternatif (alternate coin/altcoin) seperti Solana ambruk 8,44% ke US$ 32,64/koin (Rp 485.194/koin) dan BNB merosot 4,63% ke US$ 218,03/koin (Rp 3.241.016).

Namun untuk Dogecoin pada hari ini cenderung menguat yakni 1,01% ke US$ 0,06796/koin (Rp 1.010/koin). Dogecoin menguat bersama dengan token stablecoin, yakni Tether, USD Coin, dan Binance USD.

Berikut pergerakan 10 kripto utama pada hari ini.

Kripto

Bitcoin sempat terkoreksi ke bawah zona psikologisnya di US$ 20.000 pada hari ini atau tepatnya diperdagangkan di kisaran harga US$ 19.900. Namun selang beberapa menit, Bitcoin kembali ke zona psikologisnya di US$ 20.000.

Faktor dari kekhawatiran pasar terhadap kondisi makroekonomi hingga krisis yang menimpa perusahaan kripto terus membebani pasar hingga hari ini.

Bitcoin telah diperdagangkan dalam kisaran yang ketat dalam dua pekan terakhir dan tidak mampu membuat pergerakan besar jauh di atas US$ 22.000.

"Sebuah narasi yang bisa dimainkan dengan baik untuk sisa tahun ini dan seterusnya memandu Bitcoin dan kripto lainnya kembali diperdagangkan lebih rendah hari ini, karena sentimen pasar masih berkutat di resesi dan tingkat inflasi yang masih meninggi," kata analis di bursa cryptocurrency Bitfinex, dalam laporan riset hariannya, dikutip dari CNBC International.

Inflasi yang masih meninggi, di tambah bank sentral Amerika Serikat (AS) dan beberapa bank sentral Negara Barat yang juga menargetkan kenaikan suku bunga lebih lanjut, telah memicu kekhawatiran resesi di AS dan Negara Barat lainnya.

Pada Rabu kemarin waktu AS, bursa saham (Wall Street) masih cenderung lesu, tetapi mulai ada tanda-tanda membaik, meski dua indeks utama yakni S&P 500 dan Nasdaq masih terkoreksi tetapi cenderung tipis-tipis.

Ketika kuartal II-2022 akan berakhir pada Kamis, hari ini, kekhawatiran akan resesi meningkat kembali.

Kekhawatiran atas ekonomi yang melambat dan kenaikan suku bunga yang agresif menghabiskan sebagian besar paruh pertama tahun ini karena investor terus mencari titik terendah dari aksi jual pasar yang ganas.

"Kami memperkirakan volatilitas yang signifikan pada musim panas ini dengan reli mencengangkan jangka pendek diikuti koreksi yang dipicu oleh kabar ekonomi," tutur analis senior Wells Fargo, Christopher Harvey dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.

Sementara itu menurut Vijay Ayyar, vice president perusahaan pertukaran kripto Luno, mengatakan bahwa Bitcoin kemungkinan akan diperdagangkan di kisaran US$ 17.000 dan US$ 22.000 dalam jangka pendek.

"Untuk sementara waktu, mengingat sentimen pasar saat ini dan kenaikan suku bunga yang masih akan terjadi oleh Federal Reserve (The Fed) pada Juli mendatang, dapat terus membebani semua aset berisiko, termasuk kripto," kata Vijay Ayyar, dilansir dari CNBC International.

"Sebagian besar pembalikan harga, kemudian dengan cepat dijual oleh investor selama beberapa minggu terakhir, biasanya dikategorikan sebagai rebound di bear market, di mana hal ini bertujuan untuk menjebak pembeli yang terlambat, hanya untuk membuat mereka terpaksa menjual di posisi lebih rendah," tambah Ayyar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gerak Bitcoin di Situ-Situ Aja, yang Lain Malah Banyak Boncos

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular