Wow! Investor Asing Sudah Bawa Kabur Rp 35 T Dari RI

Putra, CNBC Indonesia
Kamis, 30/06/2022 07:06 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dampak dari aliran modal keluar (outflows) di pasar saham mulai dirasakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dampak serupa juga mulai muncul pada nilai tukar rupiah.

Dalam tiga hari perdagangan terakhir, investor asing terus mencatatkan aksi jual bersih (net sell) di pasar saham di tengah penutupan tipe investor di jam perdagangan. Kemarin (29/6/2022), asing net sell Rp 1,03 triliun di pasar reguler.

Jika ditarik mundur ke belakang, dalam sepekan outflow asing mencapai Rp 2,13 triliun sendiri di pasar reguler. Tekanan jual tersebut membuat IHSG ikut terdampak. Apabila dibandingkan posisi akhir pekan lalu, IHSG sudah melemah 1,43% dan semakin menjauhi level psikologis.


Soal outflow, Bank Indonesia (BI) mencatat sejak awal tahun hingga 23 Juni 2022, investor asing jual neto di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 105,1 triliun.

Berbeda dengan SBN yang dilepas asing, aset berisiko saham masih cenderung dikoleksi. Pada rentang waktu yang sama asing beli neto di pasar saham sebesar Rp 67,6 triliun.

Secara total, investor asing terhitung masih melepas aset keuangan domestik sebesar Rp 37,5 triliun. Faktor ini juga yang membuat nilai tukar rupiah melemah.

Sepanjang tahun ini, rupiah sudah melemah 4,2%. Selain karena adanya outflows, rupiah juga tertekan karena dolar AS sedang beringas.

Indeks Dolar AS yang menjadi acuan kekuatan greenback tercatat menguat 9,38% secara year to date (ytd). Depresiasi nilai tukar rupiah pun ikut membayangi pasar keuangan domestik baik obligasi maupun aset berisiko seperti saham.

Dengan adanya depresiasi nilai tukar dan kenaikan imbal hasil (yield) SBN, sebenarnya koreksi di pasar saham adalah sebuah konsekuensi yang tak terelakkan. Ke depan, risiko outflow masih terbuka di tengah ancaman pengetatan moneter global untuk menjinakkan inflasi yang membuat ekonomi overheat.

Di sisi lain tensi geopolitik antara Rusia-Ukraina juga belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Negara-negara Barat bahkan semakin tegas untuk memberikan sanksi kepada Rusia.

Dua faktor di atas membuat prospek pertumbuhan ekonomi global pun direvisi. Berbagai risiko yang membayangi perekonomian berakibat pada perilaku investor yang cenderung berhati-hati dan mencari aset yang aman. Peluang outflow yang terbuka tersebut juga meninggalkan konsekuensi bahwa pelemahan harga saham masih terbuka.

Namun, jika dibandingkan dengan negara lain, pasar saham RI masih tergolong tangguh. Sepanjang tahun ini return yang dihasilkan IHSG mencapai 5,48% dan masih menduduki peringkat 1 di kawasan Asia Pasifik.

Hanya saja, koreksi pada IHSG dalam 3 hari terakhir membuat ranking indeks saham acuan nasional tersebut turun dua peringkat menjadi ke posisi 5 dari sebelumnya di posisi 3.


(trp)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat