
Usai Pandemi, Kapitalisasi Pasar Modal Indonesia Naik 18,4%

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar modal Indonesia sepanjang tahun 2021 mulai mengalami pemulihan dan terus bertumbuh. Tren ini terlihat pada akhir tahun 2021 yang ditutup oleh kinerja positif Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai posisi 6.581,5 atau naik 10,1% secara tahunan atau year on year (yoy), setelah mengalami penurunan pada masa pandemi tahun 2020. Adapun total nilai kapitalisasi pasar saham pada akhir tahun 2021 tercatat sebesar Rp 8.255,62 triliun atau mengalami kenaikan sebesar 18,4% (yoy).
Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi menjelaskan, terkait pencapaian pasar modal Tanah Air, didorong oleh indikator kinerja BEI yang mengacu pada beberapa aspek. Diantaranya, adanya persepsi investor terhadap terhadap pertumbuhan saham yang terwakili oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). "Nggak sampai 1 tahun IHSG sudah mencapai sebelum adanya pandemi Covid," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (29/6).
Menurutnya, prospek industri pasar modal akan makin cerah ke depannya. Hal itu tecermin dari banyak pencapaian Bursa yang berhasil memecahkan rekor pada tahun ini. Perusahaan-perusahaan tercatat pun mulai dapat beradaptasi dengam cepat mengukuti perkembangan dan kondisi yang ada sehingga mampu melakukan strategi baru dan menyusun perkembangan bisnis ke depan.
Dari segi likuiditas perdagangan efek saham, Rata-Rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) saham tahun 2021 juga mengalami kenaikan sebesar 45,2% (yoy) dengan nilai mencapai Rp 13,4 triliun. Pada tahun 2021, rerata frekuensi perdagangan harian saham mengalami kenaikan sebesar 91,1% (yoy) menjadi 1,29 juta transaksi per hari.
Frekuensi perdagangan harian saham mampu menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah BEI, yaitu 2.141.575 kali transaksi pada tanggal 9 Agustus 2021. Selain itu, rerata volume perdagangan harian Saham juga mengalami kenaikan sebesar 81,4% (yoy) menjadi 20,6 miliar saham per hari.
Adapun pada tahun 2021, volume perdagangan harian saham menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah BEI, yaitu 50.982.543.199 saham pada tanggal 9 November 2021.
"Indikator lain dari sosial aktivitas transaksi dimana tren penciptaan rekor tertinggi naik secara rata-rata. Begitu juga nilai transkasi, volume transaksi, dan frekuensi kuta terus mencatat rekor tertinggi rata-rata bahan dalam 3-4 tahun terakhir," jelasnya.
Ia melanjutkan, kinerja perusahaan tercatat yang memiliki prospek gemilang mempengaruhi aktivitas transkasi saham, karena variasi produk dan pilihan investasi yang makin beragam.
Dari sisi perusahaan percatat, aktivitas jumlah pencatatan efek baru saham masih bertumbuh secara positif, BEI mampu mencatatkan 54 perusahaan tercatat baru dengan fund raised mencapai Rp 62,61 triliun yang merupakan nilai fund raised tertinggi sepanjang sejarah BEI. Hal ini menghantarkan jumlah Perusahaan Tercatat di BEI mencapai 766 Perusahaan Tercatat pada akhir tahun 2021.
"Kita catat rekor saham baru untuk IPO maupun instrumen efek lainnya," imbuhnya.
Nyoman melanjutkan lebih jauh, secara permintaan atau demand juga tumbuh, khususnya pertumbuhan investor domestik ritel atau individu. Invetor ritel yang melakukan transkasi jangka pendek menjadi penopang nilai transkasi haruan, volume dan freksuensi transaksi perdagangan pasar modal.
Di sisi lain, masa pandemi juga menyadarkan masyarakat bahwa berinvestasi menjadi sangat penting dan berhasil merubah mindset dari masyarakat yang gemar menabung menjadi gemar berinvestasi.
Dari segi pengembangan investor, pada tahun 2021 total jumlah investor di pasar modal Indonesia mencapai 7,49 juta, atau mengalami pertumbuhan sebesar 93,0 persen (yoy). Sementara pada periode yang sama, investor saham telah mencapai 3,45 juta investor atau naik 103,6 persen (yoy).
Pada tahun 2021, BEI secara konsolidasi telah berhasil membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 2,29 triliun atau meningkat 41% dari pendapatan usaha pada tahun 2020, yakni Rp 1,62 triliun. Secara keseluruhan, jumlah total pendapatan BEI adalah sebesar Rp 2,63 triliun atau meningkat 36,8% dari tahun 2020, yakni Rp 1,92 triliun.
Jumlah beban BEI pada tahun 2021 adalah sebesar Rp 1,52 triliun atau naik 18,8% dari tahun 2020. Selanjutnya, BEI berhasil mencatatkan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp 881,41 miliar di tahun 2021 atau tumbuh 80,8% dari tahun 2020.
Adapun nilai total aset sebesar Rp 9,45 triliun atau mengalami kenaikan sebesar 6,9% dari tahun 2020 dan total kewajiban (liabilitas) sebesar Rp 3,45 triliun atau menurun 7,4% dari tahun 2020. Terakhir, total ekuitas BEI pada tahun 2021 adalah sebesar Rp 5,99 triliun atau mengalami kenaikan 17,4% dari tahun 2020.
"Ini buah dari kita semua untuk menyadarkan masyarakat bahwa alternatif pasar modal jadi pilihan investasi terbaik. Kami juga gencar melakukan dan kampanye melalui upaya meningkatkan pemahaman dan literasi," pungkasnya.
(RCI/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000