
Penjualan Ritel Rekor, Dolar Australia Malah Dekati Rp 10.200

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melemah melawan rupiah pada perdagangan Rabu (29/6/2022) hingga mendekati Rp 10.200/AU$. Padahal, rupiah sedang tertekan melawan dolar Amerika Serikat (AS) dan Singapura.
Pada pukul 13:30 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.220/AU$, melemah 0,25% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Dolar Australia masih turun meski data yang dirilis pagi ini menunjukkan kenaikan penjualan ritel, bahkan mencatat rekor tertinggi sepanjang masa.
Data dari Biro Statistik Australia pagi tadi menunjukkan penjualan ritel April tumbuh 0,9% dari bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Kenaikan tersebut jauh lebih tinggi dari perkiraan para ekonom sebesar 0,4% (mtm).
Selain itu secara nominal, penjualan ritel mencetak rekor tertinggi sepanjang masa AU$ 34,23 miliar.
Namun, kepala markoekonomi BIS Oxford Economics, Sean Langcake, menduga tingginya penjualan ritel tersebut bukan karena permintaan, melainkan tingginya inflasi.
Inflasi yang tinggi artinya harga-harga mengalami kenaikannya. Penjual pun mencatat nominal penjualan yang lebih tinggi.
"Inflasi memberikan kontribusi yang besar dari lonjakan penjualan ritel dalam sebulan, khususnya kenaikan harga makanan, dan pengeluaran di cafe serta restoran," kata Langcake, sebagaimana dilansir news.com.au.
Ia menambahkan penjualan ritel masih akan terus meninggi akibat inflasi, tetapi daya beli masyarakat bisa tergerus.
Tingginya inflasi membuat bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) sudah menaikkan suku bunga sebanyak dua kali, dan masih akan dinaikkan lagi.
Dalam notula yang dirilis pekan lalu, para anggota dewan RBA melihat meski suku bunga sudah dua kali dinaikkan, tetapi masih cukup sangat rendah di bawah 1%, dengan tingkat pengangguran di level terlemah 50 tahun serta inflasi yang terus meninggi.
Sehingga, suku bunga ke depannya akan kembali dinaikkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?
