Indeks Dolar AS Lanjut Turun, Rupiah Kok Malah Melemah?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Selasa, 28/06/2022 15:03 WIB
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (28/6/2022) setelah menguat cukup tajam di awal pekan kemarin. Indeks dolar AS sebenarnya kembali turun hingga sore ini, tetapi rupiah belum mampu menguat terpengaruh dinamika yang terjadi di Amerika Serikat.

Melansir data Refinitiv, rupiah dibuka melemah 0,14% ke Rp 14.820/US$. Rupiah menunjukkan perlawanan, sempat berbalik menguat 0,1% ke Rp 14.785/US$ sebelum kembali melemah dan berakhir di Rp 14.835/US$. Pelemahnya tercatat sebesar 0,24%. 

Pasar saat ini masih menimbang-nimbang outlook suku bunga bank sentral AS (The Fed) di tahun ini. The Fed memang sudah menegaskan akan bertindak agresif guna meredam inflasi.


Di bulan ini, The Fed sudah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 1,5% - 1,75%, dan bulan depan akan dinaikkan lagi 50 -75 basis poin. Di akhir tahun suku bunga diproyeksikan berada di 3,25% - 3,5%.

Namun, data indeks keyakinan konsumen terbaru menunjukkan penurunan yang drastis. Ketika tingkat keyakinan konsumen menurun maka konsumsi kemungkinan akan melambat yang bisa menurunkan inflasi.

Hal ini membuat pasar mulai melihat ada peluang The Fed tidak akan terlalu agresif, yang mempengaruhi pergerakan dolar AS. Indeks dolar AS pada pekan lalu merosot 0,5%, dan berlanjut 0,24% Senin kemarin. Sementara sore ini naik tipis 0,05%.

Data dari University of Michigan yang dirilis Jumat pekan lalu menunjukkan tingkat keyakinan merosot menjadi 50 di Juni, turun drastis dari bulan sebelumnya 58,4 dan merupakan rekor terendah sepanjang sejarah.

Sejalan dengan penurunan tingkat keyakinan konsumen tersebut, ekspektasi inflasi juga turun menjadi 5,3% dari sebelumnya 5,4%.

"Sekitar 79% konsumen memperkirakan tahun yang buruk bagi kondisi bisnis, jumlah konsumen itu menjadi yang tertinggi sejak 2009. Inflasi masih terus menjadi kekhawatiran utama, 47% menyalahkan inflasi membuat standar hidup mereka menurun, hanya sedikit di bawah rekor tertinggi saat terjadinya Resesi Besar," kata Joanne Hsu, direktur Survei Konsumen UoM, sebagaimana dilansir CNBC International Jumat (24/6/2022).

Di sisi lain, perekonomian Amerika Serikat terlihat masih kuat, terlihat dari peningkatan pesanan barang tahan lama. Data yang dirilis kemarin menunjukkan pesanan untuk mobil baru atau mesin pabrik tumbuh 0,7% dari bulan sebelumnya. Pertubuhan tersebut jauh lebih tinggi dari prediksi pasar 0,1% saja.

Pesanan barang tahan lama inti, yang tidak memasukkan sektor transportasi seperti mobil dan pesawat juga tumbuh 0,7%, lebih tinggi dari prediksi pasar 0,4%.

Peningkatan pesanan barang tahan lama menjadi indikasi dunia usaha masih melakukan ekspansi bisnis. Artinya, perekonomian Amerika Serikat masih kuat meski The Fed sudah 3 kali menaikkan suku bunga, bahkan dengan agresif.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS