Citra Tubindo Bidik Energi Terbarukan Lewat PT Geo Dipa

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
25 June 2022 09:20
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan sektor manufaktur di bidang industri minyak dan gas bumi (migas), PT Citra Tubindo Tbk (CTBN) mengincar pendapatan baru dari sektor energi baru terbarukan (EBT) selain tetap mengandalkan pendapatan dari industri hulu migas di tengah tren pemulihan ekonomi nasional.

Direktur Utama CTBN Fajar Wahyudi mengatakan, rencana tersebut dilakukan melalui salah satu mitra PT Geo Dipa Energi (Persero) untuk mendukung pengembangan energi geothermal atau panas bumi di Indonesia. Pengembangan usaha ke sektor energi terbarukan harapannya dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi perseroan selain industri hulu migas. "Kami merupakan salah satu mitra Geo Dipa Energi melalui kontrak 8KT," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual Jumat (24/6).

Fajar menjelaskan, pihaknya membuka kesempatan di area segmen geothermal karena memandang sektor ini berkembang sangat pesat dan prospektif di masa depan. Apalagi, saat ini Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga berencana menggabungkan tiga BUMN di bidang panas bumi menjadi Holding BUMN Geothermal.



Fajar mengaku, tahun ini, kinerja perusahaan masih terdampak faktor eksternal yang melanda hampir seluruh industri di dunia, khususnya disebabkan kenaikan harga bahan baku mentah dan keadaan logistik dunia yang saat ini mengalami tantangan yang belum selesai.

Namun, pada ini, Fajar optimis terhadap tren pemulihan ekonomi mulai terjadi di dunia. Sebab, IMF bahkan memprediksi perekonomian Indonesia akan melanjutkan pemulihan pada 2022 dengan pertumbuhan mencapai 5,6%, lebih tinggi dari realisasi 2021 3,69%. Bank Dunia dan OECD juga memprediksi pertumbuhan ekonomi RI lebih tinggi dari tahun sebelumnya, yakni 5,2%.

Apalagi, di industri migas, harga minyak diprediksi bakal terus naik kecuali jika fundamental pasar berubah dan investasi global meningkat. Mengacu data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Pemerintah RI juga akan menyiapkan penawaran atau lelang Wilayah Kerja (WK) Migas sejumlah 12 WK di tahun ini demi menarik investor berinvestasi di sektor hulu migas RI.



"Kami meyakini dapat melanjutkan pertumbuhan berkelanjutan karena telah mendapatkan beberapa proyek infrastruktur hulu migas sifatya tahun jamak atau multiyears project," jelasnya.

Dengan penguasaan pangsa pasar yang dominan, Fajar menambahkan, perseroan meyakini nilai tambah industrialisasi akan menjadi keunggulan kompetitif. "Namun, kami sadari bahwa ancaman ekonomi terkait perang (Rusia-Ukraina) telah menjadikan tantangan tersendiri di tahun ini. Untuk itu, daya tahan kami akan kembali diuji untuk senantiasa siap dalam menghadapi perubahan dan penyesuaian proses yang diperlukan," ucapnya.

Hingga kuartal I tahun ini, perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar US$ 15,29 juta atau setara dengan Rp 222 miliar (asumsi kurs Rp 14.500/US$). Angka tersebut turun jika dibandingkan dengan pendapatan di periode yang sama 2021 sebesar U$ 17,26 juta.

Sementara itu, rugi bersih tercatat sebesar US$ 1,60 juta atau setara Rp 23 miliar, meningkat dari rugi bersih kuartal I-2021 senilai US$ 1,32 juta.

Sepanjang tahun lalu, pihaknya mencetak pendapatan US$ 93,78 juta atau setara dengan Rp 1,36 triliun, menurun dari tahun 2020 senilai US$ 126,19 juta. Rugi bersih 2021 juga menjadi sebesar US$ 16,02 juta dari rugi bersih 2020 yakni US$ 3,06 juta.



Pendapatan terbesar tahun lalu dikontribusi oleh penjualan bahan pipa, jasa pemrosesan pipa dan penjualan aksesoris pipa sebesar US$ 90,39 juta, jasa pengangkutan US$ 3,15 juta dan sisanya pendapatan dari jasa dukungan teknik.

Menurutnya, koreksi pendapatan disebabkan turunnya realisasi pendapatan ekspor di tahun lalu sebesar 38,45% menjadi US$ 52,68 juta dari 2020 US$ 85,58 juta. Sementara, pendapatan dari pasar domestik naik 1,21% menjadi US$ 41,10 juta dari US$ 40,61 juta. "Penurunan pendapatan itu berdampak pada rugi bersih yang naik dari rugi bersih tahun 2020," tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur CTBN Saiful Mizra bin Kassim, menjelaskan aset perseroan naik 4,89% menjadi US$ 136,82 juta di 2021 dari tahun 2020 US$ 130,44 juta, ditopang naiknya aset lancar sebesar 11,80% menjadi US$ 85,14 juta.

"Salah satu komponen penopang pertumbuhan aset lancar adalah persediaan, seperti bahan baku dan barang dalam proses, yang meningkat 55,51% menjadi US$ 57,06 juta. Ini juga menggambarkan kesiapan kami untuk meningkatkan kinerja produksi pada masa mendatang," pungkasnya.


(RCI/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article INDY Incar Kontrak Pemasangan PLTS 100 MWp Tahun Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular