Harga Minyak Turun Walau Pasokan Ketat, Kenapa?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
24 June 2022 16:40
Ilustrasi: Fasilitas minyak terlihat di Danau Maracaibo di Cabimas, Venezuela, 29 Januari 2019. REUTERS / Isaac Urrutia
Foto: Ilustrasi: Fasilitas minyak terlihat di Danau Maracaibo di Cabimas, Venezuela, 29 Januari 2019. REUTERS / Isaac Urrutia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia melemah meskipun pasokan masih ketat akibat embargo minyak dari Rusia terus berlangsung. Apa yang terjadi?

Pakar energi Dan Yergin mengatakan ada dua alasan kenapa harga minyak dunia turun dalam sebulan terakhir meskipun pasar masih ketat, yakni The Fed dan serangan Rusia ke Ukraina yang terus berlangsung.

Harga minyak telah meningkat sejak tahun lalu dan mencatatkan rekor harga tertinggi setelah Rusia menyerang Ukraina. Namun, sejak akhir Mei harga minyak mentah telah jatuh sekitar 10% dari US$ 120/barel lebih ke posisi saat ini.

Pada Jumat (24/6/2022) pukul 14.21 WIB harga minyak mentah dunia jenis brent tercatat US$ 109,85/barel, turun 0,17% dari perdagangan kemarin. Sedangkan yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 104,2/barel, melemah tipis 0,07%.

Yargin, wakil ketua S&P Global, mengatakan bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserves/The Fed) memilih untuk mengejar inflasi bahkan dengan risiko mendekatkan ekonomi ke dalam resesi dan itulah yang membuat harga minyak turun.

Pada Rabu kemarin, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan kepada anggota parlemen bahwa dirinya bertekad untuk menurunkan inflasi meskipun ia mengakui reses bisa terjadi. Kebijakan yang diperketat tanpa keadaan ekonomi seperti resesi akan sulit, kata Powell.

"Sisi lain dari itu, adalah bahwa Vladimir Putin telah memperluas perang dari perang medan perang di Ukraina ke perang ekonomi di Eropa, di mana dia mencoba untuk menciptakan kesulitan yang akan menghancurkan koalisi," Yergin mengatakan kepada CNBC "Squawk Box Asia"pada Jumat (24/6/2022).

Rusia telah membatasi pasokan gas ke Eropa melalui pipa Nord Stream1 dan mengurangi aliran ke Italia. Moskow telah memotong pasokan gas ke Finlandia, Polandia, Bulgaria, Orsted Denmark, perusahaan Belanda GasTerra, dan raksasa energi Shell untuk kontrak di Jerman. Ini karena permasalahan pembayaran menggunakan rubel Rusia seperti yang diatur Rusia untuk membeli gasnya.

Tindakan itu telah memicu kekhawatiran akan musim dingin yang sulit di Eropa.Pihak berwenang di wilayah tersebut sekarang berebut untuk mengisi penyimpanan bawah tanah dengan pasokan gas alam.

Yergin juga mengaitkan pelemahan harga minyak dengan prospek permintaan yang tidak pasti dari China.

China perlahan membuka kembali bagian negara yang dikunci karena lonjakan kasus virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Meski demikian masih tidak jelas seberapa cepat bisnis China akan dapat pulih. Banyak analis yang melihat ekonomi China akan tumbuh melambat ke depan.

Tingkat pemulihan dan pembukaan kembali akan berdampak pada permintaan minyak, tetapi ketidakpastian itu telah "menahan harga [minyak] agar tidak naik lebih tinggi," kata Yergin.

China sendiri adalah konsumen terbesar kedua minyak mentah dunia. Berdasarkan BP Statistic pada 2020 konsumsi minyak mentah dunia China mencapai 14.225 juta barel per hari (bph) atau 16,1% dari total konsumsi dunia.

Awal bulan ini, OPEC+ setuju untuk meningkatkan produksi sebesar 648.000 bph pada Juli, atau 7% dari permintaan global. Jumlah penambhan tersebut ditetapkan sama pada Agustus. Jumlah ini naik dari rencana awal untuk menambah 432.000 bph per bulan selama tiga bulan hingga September.

"Kami pikir OPEC+ kemudian akan bergerak ke pendekatan yang lebih liberal dan memungkinkan beberapa anggota dengan kapasitas cadangan untuk memproduksi lebih banyak," Edward Gardner, ekonom komoditas di Capital Economics. 

Ia mengomentari kebijakan OPEC+ setelah selesai mengurangi pengurangan pasokan terkait pandemi pada bulan September.  

Itu dapat menyebabkan harga Brent turun kembali ke sekitar $100 per barel pada akhir tahun, katanya. Tetapi pasar tidak bisa serta merta berharap pasokan akan pulih sejalan dengan kebijakan itu.

Sementara kuota produksi pada anggota OPEC+ telah dikurangi secara bertahap, sebagian besar gagal meningkatkan produksi secara bersamaan, kata Gardner.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular