
Istimewa! Cuma Rupiah & Yen Yang Menguat Lawan Dolar AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah perkasa pada perdagangan Kamis (23/6/2022). Melawan dolar Amerika Serikat (AS) rupiah tidak pernah mencicipi pelemahan sepanjang hari ini.
Di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.830/US$, menguat 0,24% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Dibandingkan mata uang Asia, rupiah hari ini menjadi yang terbaik kedua, hanya kalah dari yen Jepang. Bahkan, hanya rupiah dan yen yang menguat hingga pukul 15:03 WIB, mata uang utama Asia lainnya melemah.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang Asia.
Rupiah masih mampu mempertahankan penguatan meski BI hari ini mempertahankan suku bunga acuannya 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, sesuai dengan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada22-23Juni2022memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG, Kamis (22/6/2022).
Level 3,5% adalah suku bunga acuan terendah dalam sejarah Indonesia, dan sudah ditahan selama 16 bulan.
"Keputusan ini sejalan dengan upaya pengendalian inflasi dan menjaga nilai tukar rupiah. Ditambah dengan adanya tekanan eksternal terkait dengan risiko stagflasi di berbagai negara," lanjut Perry
Dengan ditahannya suku bunga, maka momentum pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan tetap terjaga.Rupiah pun masih tetap perkasa meski selisih suku bunga dengan bank sentral AS (The Fed) terus menyempit.
Seperti diketahui The Fed pada pekan lalu menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bp) menjadi 1,5% - 1,75%.
"Jelas kenaikan 75 basis poin hari ini merupakan salah satu yang terbesar dan tidak biasa, saya tidak melihat langkah seperti ini adalah sesuatu yang biasa," kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International Kamis (16/6/2022).
Kenaikan tersebut merupakan yang terbesar sejak 1994, dan tidak berhenti sampai di sana. Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan akan terus menaikkan suku bunga guna menurunkan inflasi.
Saat pengumuman kebijakan moneter Kamis pekan lalu, Powell menyatakan suku bunga di bulan Juli akan naik antara 50 bp sampai 75 bp. Sementara di akhir tahun, The Fed memproyeksikan suku bunga berada di 3,25% - 3,5%.
Selain itu, harga minyak mentah yang merosot memberikan sentimen positif ke rupiah. Minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) dan Brent sudah menurun dalam dua pekan terakhir.
Hari ini WTI jeblok 2,3% ke US$ 103,55/barel dan berada di level terendah sejak pertengahan Mei lalu. Dalam dua pekan, WTI merosot nyaris 15%.
Kemudian minyak jenis Brent turun 2,1% ke US$ 109,28/barel dan dalam dua pekan jeblok lebih dari 11%.
Penurunan harga minyak mentah tentunya bisa menurunkan beban impor Indonesia. Dengan demikian, tekanan bagi pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak semakin berkurang, dan inflasi bisa lebih terjaga.
Dengan inflasi yang terjaga, daya beli masyarakat bisa menguat dan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia berlanjut.
Dengan inflasi yang tetap terjaga, BI juga punya ruang untuk mempertahankan suku bunga lebih lama lagi, sehingga bisa lebih memacu perekonomian.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Ngeri! 3 Hari Melesat 3% ke Level Terkuat 3 Bulan
