Ini 3 Fakta Nyata tentang Investasi Telkomsel ke GoTo

CNBC Indonesia, CNBC Indonesia
20 June 2022 13:15
Gojek. Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Investasi anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yakni PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) senilai Rp 6,4 triliun dinilai bukan hanya tepat dan bernilai strategis, tapi juga melalui proses pengambilan keputusan yang kredibel.

Hal itu terungkap dalam Rapat Panja Investasi BUMN pada Perusahaan Digital Komisi VI DPR RI dengan manajemen Telkom dan Telkomsel, pada Selasa (14/6/2022) di Gedung DPR.

Dalam Rapat Panja itu, juga disampaikan bahwa investasi tersebut sudah sesuai dengan penerapan prinsip tata kelola yang benar (good corporate governance/GCG) yang tercermin dari proses merancang usulan, kajian, uji tuntas (due diligence), pengambilan keputusan hingga pelaksanaan.

Tim Riset CNBC Indonesia mencoba menjabarkan tiga fakta di balik proses pengambilan keputusan investasi yang jarang diketahui oleh publik berdasarkan paparan Telkom pada Rapat Panja perdana Selasa pekan lalu.

Setidaknya ada 3 fakta penting yang bisa dilihat dari investasi tersebut, simak di halaman berikut ini:

BERSAMBUNG KE HALAMAN BERIKUTNYA >>>

Mengacu pada paparan manajemen Telkom saat Rapat Panja, investasi Telkomsel ke Gojek (sebelum merger dengan Tokopedia) telah diusulkan dan dikaji sejak tahun 2018. Pertimbangan utamanya, Telkomsel harus berinvestasi di bisnis digital sebagai bentuk adaptasi terhadap perkembangan industri telekomunikasi global. Raksasa telco kelas dunia seperti AT&T dan Verizon agresif berinvestasi di bisnis digital selama 5 tahun terakhir.

Para raksasa ini dinilai sangat memahami industri telekomunikasi tidak lagi bisa bersandar dari bisnis masa lalu, seperti jualan SMS, paket data internet atau sambungan telepon rumah. Agar tetap relevan dan mampu memberikan nilai tambah kepada pelanggan, industri telco mesti berkolaborasi dan berinvestasi ke perusahaan digital masa kini.

"Disrupsi digital di industri telekomunikasi itu sangat nyata. Menghadapi situasi menantang seperti itu, kita tidak boleh sekadar bertahan. Kita harus cepat beradaptasi, berkolaborasi dan berinvestasi. Sebagai perusahaan teknologi nasional, dan pemain utama ekonomi digital, Gojek masuk dalam radar investasi kami," kata Ririek Adriansyah, Direktur Utama Telkom, dalam forum tersebut.

Tapi, rencana berinvestasi di Gojek di tahun 2018 urung dilakukan karena tiga alasan:

Pertama, model bisnis Gojek saat itu belum proven. Pada 2018, Gojek juga baru menyandang status unicorn atau perusahaan dengan kapitalisasi pasar di atas US$ 1 miliar. Namun, di tahun 2019, valuasi Gojek menembus angka US$ 10 miliar dan menjadi decacorn. Ketika meraih predikat decacorn dan menjadi superapp paling menjanjikan, Gojek menjadi buruan investor. Perubahan predikat dari unicorn menjadi decacorn ini juga turut mengubah cara pandang Telkomsel ke Gojek yang memang sudah naksir sejak 2018.

Kedua, regulasi terkait bisnis transportasi online dulu belum jelas. Telkomsel menilai bisnis Gojek baru akan sangat menarik apabila memiliki aturan yang jelas. Pada 2018, regulasinya belum ada dan Gojek menghadapi resistensi dari pemain industri transportasi eksisting. Dulu, Telkomsel menjadikan situasi ini sebagai alasan untuk tidak tergesa-gesa berinvestasi di Gojek.

Bisnis transportasi online baru memiliki payung hukum yang jelas ketika terbit Permenhub Nomor 12 Tahun 2019 dan Kepmenhub Nomor KP 348 Tahun 2019. Kedua beleid tersebut mengatur secara detail dan rinci mengenai ketentuan bisnis dan perlindungan keselamatan transportasi online. Setelah Permenhub dan Kepmenhub terbit pada 2019, Telkomsel menjadi lebih percaya diri untuk melanjutkan kembali rencana investasi di Gojek.

Ketiga, pada 2018, sinergi Gojek dengan Telkomsel belum terbayang detailnya. Saat itu, manfaat investasi hanya sebatas capital gain. Tapi, setelah 2019, ketika transportasi online memiliki payung hukum yang jelas, Gojek naik kelas menjadi decacorn dan lini bisnis makin lengkap terutama di bisnis finansial, tujuan investasi di Gojek lebih dari sekadar cari cuan. Telkomsel melihat banyak peluang kerjasama bisnis yang bisa disinergikan dengan ekosistem Gojek.

Jadi, publik selama ini banyak yang belum tahu, rencana investasi di Gojek telah dipertimbangkan sejak 2018 jika mengacu pada paparan Telkom pada Rapat Panja tersebut. Rencana tersebut mengalami fase naik turun, mengikuti perkembangan bisnis dan situasi dari regulasi industri transportasi online. Masa masa galau para pengambil keputusan di Telkomsel berakhir ketika Gojek menjadi decacorn, superapp dan terbit regulasi industri transportasi online.

"Dari pemaparan direksi Telkom dan Telkomsel di Panja, kita bisa melihat sendiri keputusan investasi di Gojek tidak ujug-ujug. Dirancang jauh sebelum Erick Thohir menjabat. Semuanya dipertimbangkan dengan sangat matang dan murni keputusan bisnis yang profesional dan kredibel. Jadi, siapapun Meneg BUMN nya, atau siapapun Komut Gojek, investasi Telkomsel di perusahaan digital seperti Gojek adalah keniscayaan," kata Piter Abdullah, Pengamat Ekonomi Politik CORE Indonesia.


Fakta lain yang jarang diketahui publik adalah proses pengambilan keputusan investasi Telkomsel ke GOTO. Ketidaktahuan memicu mispersepsi seolah-olah Meneg BUMN Erick Thohir, adik dari Komisaris Utama Gojek Garibaldi 'Boy' Thohir, yang menjadi aktor utama dibalik keputusan investasi tersebut.

Namun faktanya, masih mengacu paparan Telkom di Rapat Panja, rencana investasi Telkomsel di Gojek dirancang sejak 2018 sebelum Erick Thohir menjabat Meneg BUMN. Rencana investasi mengalami fase pasang surut seiring perubahan situasi. Langkah Telkomsel semakin mantap setelah regulasi transportasi online terbit dan Gojek naik kelas menjadi decacorn.

Fakta lainnya, hierarki pengambilan keputusan investasi berhenti di level dewan direksi Telkomsel. Proses konsultasi ke perusahaan induk (pemegang saham), yakni Telkom dan Singtel, hanya terjadi di level direksi kedua perusahaan. Sesuai ketentuan, jajaran komisaris Telkom ataupun Singtel tidak perlu dilibatkan dalam proses ini.

Singtel sebagai pemegang 35% saham Telkomsel turut merestui keputusan investasi di GoTo. Pertimbangan investasi di jajaran direksi Telkomsel dipimpin oleh Direktur Planning & Transformation yang merupakan perwakilan Singtel di Telkomsel. Direktur Planning dan Transformation memimpin berbagai inisiatif di bisnis digital Telkomsel termasuk investasi di GoTo. Usulan investasi kemudian disetujui oleh seluruh dewan direksi berdasarkan keputusan kolektif kolegial.

Investasi Telkomsel tervalidasi dengan berbagai perusahaan terkemuka dari seluruh dunia yang juga berinvestasi di GOTO. Investor tersebut masuk ke GOTO sebelum maupun setelah Telkomsel. Beberapa nama terkenal antara Astra International, ADIA, SoftBank, Sequoia, Alibaba, Djarum, GIC, dan Mandiri Capital. Selain itu ada juga Mitsubishi, Google, Visa, AIA, dan Bluebird.

Ketika harga saham GOTO menyentuh level terendah di Rp194 pada awal Mei, Telkomsel menuai banyak hujatan karena potensi kerugian (potential loss) membengkak dan bakal membebani neraca keuangan Telkom.

Telkomsel membeli saham GOTO di harga Rp 270 sebanyak 23,7 miliar saham. Dengan mengacu ke harga terendah ketika itu, Telkomsel berpotensi rugi Rp 1,8 triliun. Sebagian kalangan menjadikan angka tersebut sebagai kerugian negara.

Tapi, setelah menyentuh titik terendah, harga saham GOTO melesat tinggi. Puncaknya ketika GOTO merilis kinerja kuartal I-2022. Meski masih membukukan rugi bersih, tapi GOTO mencatatkan kenaikan angka penjualan (gross transaction value/GTV) dalam jumlah signifikan. Selain itu, kinerja GOTO mulai mencerminkan sinergi bisnis yang nyata antara ekosistem Gojek dan Tokopedia.

Investor mengapresiasi pencapaian kinerja kuartal I-2022 ini dengan aktif melakukan akumulasi. Harga saham GOTO mencapai puncak tertingginya di level Rp 404/saham pada perdagangan 15 Juni lalu dan dalam satu bulan terakhir saham GOTO melonjak 52%.

Dengan mengacu ke harga Rp 404, maka investasi Telkomsel di GOTO berbalik untung Rp 134 per saham. Jika dikalikan dengan 23,7 miliar saham, maka potensi keuntungan (potential gain) mencapai Rp 3,17 triliun. Jumlah yang sangat besar, tapi menariknya tidak ada yang menyebut ini sebagai keuntungan negara.

Apakah Telkomsel akan menjual sahamnya karena tergiur cuan triliunan atau demi menyenangkan para petualang politik? Jawabannya tidak. Mengacu ke paparan pada rapat Panja, Telkomsel menegaskan bahwa investasi di GOTO bukan untuk cuan jangka pendek.

Menurut manajemen Telkom, perusahaan berinvestasi di GOTO karena ingin melakukan sinergi bisnis. Mereka ingin menghasilkan sesuatu yang ada nilai tambahnya.

Hingga kini, dari hasil investasi di GOTO, Telkomsel telah menikmati nilai sinergi di atas Rp 450 miliar pada 2021 dan Rp 150 miliar pada kuartal I-2022.

Sinergi tersebut berasal dari peningkatan jumlah pengguna Gojek yang menggunakan Telkomsel secara year-on-year, peningkatan penetrasi jumlah penggunaan paket swadaya Telkomsel oleh pengemudi Gojek, pengemudi Gojek sebagai pengecer (reseller) tumbuh secara tahunan, juga diiringi pertumbuhan transaksi pembelian paket di GoPulsa dan paket data di aplikasi MyTelkomsel menggunakan GoPay.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular