
Kebijakan China Bikin Kurs Dolar Australia Nanjak Lagi

Jakarta, CNBC indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Senin (20/6/2022), setelah berfluktuasi pada pekan lalu. Bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) yang mengumumkan kebijakan moneter pagi ini membuat dolar Australia menguat.
Pada pukul 10:46 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.311/AU$, menguat 0,35% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
PBoC hari ini mempertahankan suku bunga loan prime rate (LPR) tenor 1 tahun sebesar 3,7%, dan tenor 5 tahun 4,45%.
Dengan dipertahankannya suku bunga, PBoC melihat perekonomian China mulai berangsur pulih setelah kebijakan lockdown kembali diterapkan di beberapa wilayah.
Kali terakhir PBoC memangkas LPR pada Januari lalu guna memacu perekonomian.
China merupakan mitra dagang utama Australia, saat perekonomianya membaik Negeri Kanguru tentunya akan diuntungkan.
Selain itu, kebijakan tersebut menjadi indikasi PBoC juga mengantisipasi lonjakan inflasi, sebab bank sentral pimpinan Yi Gang tersebut sebelumnya diperkirakan akan memangkas suku bunga guna memacu perekonomian.
Selain itu, dengan dipertahankanya suku bunga, selisih dengan bank sentral AS (The Fed) tentunya tidak semakin menyempit, sehingga menghindari terjadinya capital outflow.
Sementara itu dari dalam negeri, pelaku pasar kini menanti pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) Kamis nanti.
Gubernur BI Perry Warjiyo sejauh ini masih enggan menaikkan suku bunga, sebab inflasi masih terjaga. Dengan suku bunga yang dipertahankan di rekor terendah 3,5%, diharapkan mampu menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
"BI tentu saja tidak harus terpaksa menaikkan suku bunga," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam seminar INDEF bertajuk Managing Inflation to Boost Economic Growth, Rabu (15/6/2022).
Menurut Perry langkah normalisasi yang dijalankan BI adalah kenaikan giro wajib minimum (GWM) perbankan.
"Kami tetap akan dan sudah melakukan normalisasi. dengan menaikkan GWM. bahkan dengan RDG kami percepat normalisasi likuiditas tadi tanpa mengganggu perbankan menyalurkan kredit," jelasnya.
BI akan tetap terus memantau perkembangan ke depan, khususnya dari sisi global, baik perang Rusia dan Ukraina hingga arah kebijakan moneter negara di dunia.
"Semoga tidak ada kejutan di global dan domestik sehingga pemulihan terus berlanjut. Stabilitas sistem keuangan terjaga rupiah terjaga dan semua menuju Indonesia maju," pungkasnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?
