
Gas dari Negaranya Putin Seret, Batu Bara Jadi Incaran

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara pada pekan ini diramal akan kembali merangkak naik setelah Rusia memangkas aliran gas ke Eropa.
Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat 917/6/2022), harga batu bara kontrak Juli di pasar internasional ditutup menguat 3,6% ke posisi US$ 358,75%.
Dalam sepekan, harga batu bara naik 4% secara point to point. Kenaikan tersebut menjadi pembalikan setelah batu hitam amblas 11,7% pada pekan sebelumnya.
Namun, harga batu bara masih anjlok 10,2% dalam sebulan. Selama setahun ke belakang, harga masih melonjak 188,7%.
Dilansir dari Montel News, pekan ini bisa terjadi reli pada harga batu bara. Permintaan diperkirakan meningkat setelah Rusia memangkas pasokan gas ke sejumlah negara Eropa. Pelaku pasar sebenarnya sudah memperkirakan jika Rusia akan memangkas pasokan gas ke Eropa tetapi mereka mengkhawatirkan situasi lebih buruk bisa saja terjadi sehingga bisa membuat permintaan batu bara melonjak dan pasokan kembali ketat.
"Gangguan pasokan di gas dan batu bara akan memicu terjadinya reli. Pasokan batu bara cukup tetapi harga batu bara akan tetap terbawa oleh naiknya harga gas," tutur trader, seperti dikutip dari Montel news.
Setelah memotong gas ke Finlandia, Polandia, Bulgaria, Denmark, Belanda, Gazprom juga membantasi pasokannya ke Eropa yang dialiri melalui pipa Nord Stream 1 ke Jerman. Keputusan ini akhirnya mengurangi aliran gas ke Italia yang didapat dari jalur yang sama.
Pada Jumat (17/6/2022), perusahaan Gazprom yang dimiliki Rusia mengatakan akan memangkas pasokan gas ke Jerman yang dialirkan melalui pipa Nord Stream 1 sebesar 60%, lebih besar daripada perkiraan awal yakni 40%.
Kabinet Jerman telah sepakat untuk memotong konsumsi gas pada sektor kelistrikan untuk musim dingin mendatang menjadi 10,4 Giga Watt (GW). Mereka juga akan mengaktifkan kembali pembangkit batu bara dan minyak sebagai cadangan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan.
"Untuk mengurangi konsumsi gas, penggunaan gas harus dikurangi. Sebagai gantinya, pembangkit listrik batu bara akan lebih sering digunakan. Kenyataan ini memang pahit tapi ini harus dilakukan untuk mengurangi konsumsi gas," tutur Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck, seperti dilansir CNN.
Jerman mengikuti langkah Inggris yang juga akan menghidupkan kembali pembangkit listrik batu bara mereka pada musim dingin mendatang untuk mengantisipasi kekurangan pasokan.
Namun, analis Industri Bank Mandiri Ahmad Zuhdi memperkirakan harga batu bara bisa terkoreksi pada pekan ini karena sejumlah faktor, salah satunya karena ancaman kembalinya lockdown di China. Pekan lalu sebagian kota Shanghai 'digembok' akibat kenaikan kasus positif Covid-19.
China melaporkan adanya tambahan kasus sebanyak 159 pada Sabtu (18/6/2022), lebih rendah dibandingkan 204 pada hari sebelumnya. Namun, kebijakan zero case yang dianut China membuat negara tersebut memperketat kebijakan di sejumlah wilayah untuk menekan penyebaran.
Zuhdi mengatakan permintaan dari India kemungkinan melandai setelah mereka mengejar pasokan. "India sudah mulai menstabilkan stok batu bara mereka untuk kebutuhan jangka pendek," tutur Zuhdi, kepada CNBC Indonesia.
Perusahaan tambang batu bara India Coal India yang ditugasi pemerintah untuk melakukan impor telah mengumumkan tender impor sebanyak 6 juta ton. Pengiriman bisa dinaikkan menjadi 12 juta ton tergantung situasi.
Zuhdi menambahkan lonjakan harga komoditas yang terjadi sejak perang Rusia-Ukraina juga akan menurunkan permintaan sehingga harganya bisa kembali ke fundamentalnya.
"Kenaikan harga komoditas energi akan menekan permintaan cepat atau lambat, hingga pada akhirnya kembali ke fundamental," imbuhnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Berita Buruk di Awal Tahun, Harga Batu Bara Anjlok 7%