Bukan Nuklir, Ini 'Senjata' Utama Amerika Kuasai Dunia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 June 2022 11:10
Ilustrasi Dollar
Foto: Freepik

Langkah yang diambil Amerika Serikat tersebut membuat beberapa negara mempertimbangkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. Dominasi dolar AS diperkirakan perlahan mulai tergerus.

Bank investasi asal AS, Goldman Sachs dalam sebuah catatan yang dirilis akhir Maret lalu menyatakan dolar AS akan menghadapi tantangan penurunan dominasinya di finansial global, sama seperti poundsterling di awal 1900an.

Poundsterling Inggris sebelumnya merupakan mata uang yang menjadi cadangan devisa terbesar, sebelum akhirnya disalip dolar AS. Porsi poundsterling saat ini bahkan hanya 5% saja di cadangan devisa global.

Ekonom Goldman Sachs, Cristina Tessari mengatakan salah satu tantangan yang dihadapi adalah nilai perdagangan Amerika Serikat yang relatif kecil ketimbang penggunaan dolar AS secara global. Berdasarkan data dari Statista, nilai ekspor Amerika Serikat pada 2020 sebesar US$ 1,43 triliun atau berkontribusi sebesar 8,1% dari total ekspor global. Sementara impor tercatat sebesar US$ 2,4 triliun yang berkontribusi 13,5% dari total impor global.

Dengan nilai perdagangan itu, dibandingkan dengan penggunaan dolar AS sangat dominan dalam perdagangan, ada ruang bagi negara-negara lain untuk menggunakan mata uang alternatif. Sehingga ketergantungan akan dolar AS menjadi berkurang.

Hal yang sama juga diungkapkan Gina Gopinath, wakil direktur Dana Moneter Internasional (IMF). Ia menyatakan sanksi yang diberikan negara-negara Barat ke Rusia dapat membuat fragmentasi sistem finansial global yang bisa merusak dominasi dolar AS.

imfFoto: IMF

Gopinath juga mengatakan meningkatnya penggunaan mata uang selain dolar AS dalam perdagangan akan membuat bank sentral mendiversifikasi cadangan devisa mereka. Artinya porsi dolar AS akan dikurangi, yang sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

Data terbaru dari IMF menunjukkan porsi dolar AS di cadangan devisa global mengalami penurunan menjadi 59% di kuartal IV-2021. Sementara euro masih stabil di kisaran 21%, yen 6% dan poundsterling 5%.

Kenaikan sigifikan ditunjukkan oleh mata uang non-tradisional, selain yang disebutkan di atas. Termasuk di dalamnya ada yuan China, yang porsinya di cadangan devisa global mengalami kenaikan konsisten, saat ini berada di kiasaran 10%.

Itu artinya, bank sentral sudah mulai mengurangi porsi dolar AS di cadangan devisanya, dan beralih ke mata uang alternatif.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular