Asia Bersatu! IHSG Bangkit Menghijau, Gak Takut Inflasi AS
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses mengakhiri perdagangan Selasa (14/6/2022) dengan penguatan cukup tajam meski di awal perdagangan sempat ambles.
IHSG ditutup naik 0,78% ke 7.049,88. Indeks terus menguat di sesi II, sementara di sesi I indeks bergerak volatil.
Saat dibuka IHSG drop ke 6.949,6 dan sempat menyentuh posisi terendah di 6.932,7 pada perdagangan hari ini.
Investor asing justru mencatatkan net sell jumbo di pasar reguler sebesar Rp 743 miliar dengan saham BBCA dan BBRI paling banyak dilepas asing senilai Rp 174 miliar dan Rp 138 miliar.
Sementara saham BRMS dan INCO menjadi dua saham paling banyak diborong asing dengan net buy senilai Rp 191 miliar dan Rp 28 miliar.
Sebelumnya mayoritas indeks saham Asia bergerak di zona merah. Namun kini mulai bergerak di zona hijau. Hanya indeks Nikkei dan Straits Times yang melemah 1,32% dan 0,91%.
Mengawali perdagangan pekan ini tiga indeks saham acuan Wall Street terbenam di zona merah.
Indeks Dow Jones drop 2,79% dan S&P 500 ambles 3,88%. Sementara itu indeks Nasdaq Composite ambruk 4,68% dan mengalami pelemahan paling signifikan.
Koreksi tajam yang dialami indeks saham Bursa New York terjadi seiring dengan kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS 10 tahun.
Yield obligasi pemerintah AS kembali menjadi momok untuk pasar saham dan aset-aset berisiko lain. Semalam yield obligasi pemerintah AS naik ke level tertinggi dalam satu dekade di 3,37%.
Rilis inflasi AS bulan Mei lalu yang lebih tinggi dari ekspektasi pasar memicu reaksi negatif. The Fed yang kebetulan akan mengadakan rapat komite pengambil kebijakan FOMC pada 14-15 Juni 2022 juga menjadi sorotan.
Bank sentral AS tersebut diperkirakan bakal menaikkan suku bunga acuannya lebih agresif sebesar 75 basis poin.
Padahal sebelum rilis data inflasi, pasar masih memperkirakan kenaikan hanya sebesar 50 basis poin saja.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/vap)