Kripto Kolaps, Ini Daftar Miliarder yang Jadi Korban

Tim Riset, CNBC Indonesia
14 June 2022 16:00
Changpeng Zhao, CEO dan Pendiri bursa kripto Binance (REUTERS/Darrin Zammit Lupi)
Foto: Changpeng Zhao, CEO dan Pendiri bursa kripto Binance (REUTERS/Darrin Zammit Lupi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar kripto kembali berjatuhan untuk kedua kalinya sepanjang tahun 2022, di mana kejatuhan pertama terjadi pada akhir April hingga awal Mei lalu akibat jatuhnya harga dua koin digital besutan Terra yakni Terra Luna (LUNA) dan TerraUSD (UST).

Padahal, tahun 2022 baru menempuh setengahnya dan pasar kripto sudah mengalami kejatuhan yang cukup parah selama dua kali.

Hal ini dapat dilihat dari pergerakan harga Bitcoin, di mana aset kripto dengan kapitalisasi paling besar di dunia tersebut seiring menjadi acuan pergerakan harga kripto.

Di Bitcoin saja, harganya pada pagi hari ini diperdagangkan di kisaran US$ 21.000, di mana posisi ini merupakan posisi terendah sejak kurang lebih setahun terakhir. Dalam 24 jam terakhir, Bitcoin sudah ambruk hingga 16,43%. Sedangkan dalam sepekan terakhir, Bitcoin longsor 27,28%.

Hal ini menjadikan Bitcoin sepanjang tahun ini terus mencetak tren bearish, di mana Bitcoin sudah ambruk hingga 55,86% (year-to-date/YTD). Sementara dari posisi tertingginya sepanjang masa pada November lalu, Bitcoin sudah terkoreksi hingga sekitar 68%. Bahkan, kapitalisasi pasarnya kini hanya mencapai sekitar US$ 401 miliar.

BitcoinSumber: CoinMarketCap
Bitcoin

Investor masih belum kembali memburu aset kripto karena risiko makroekonomi global masih cukup besar. Risiko makroekonomi global makin membesar setelah inflasi AS pada Mei lalu kembali melonjak. Padahal sebelumnya, pelaku pasar berekspektasi bahwa inflasi AS pada bulan lalu akan melandai.

Pada Jumat pekan lalu, inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) AS per Mei 2022 dilaporkan sebesar 8,6% secara tahunan (year-on-year/yoy), menjadi yang terpanas sejak Desember 1981. Inflasi inti yang tak memasukkan harga makanan dan energi juga di atas perkiraan sebesar 6%.

Harga bahan bakar minyak (BBM) di AS melonjak ke US$ 5/galon pada pekan lalu, kian mengipasi ketakutan atas inflasi dan jatuhnya kepercayaan konsumen.

Dengan inflasi yang kembali meninggi, bahkan lebih tinggi dari periode Maret lalu, maka pelaku pasar semakin yakin bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga secara agresif.

Mengutip CME FedWatch, peluang kenaikan Federal Funds Rate sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 1,25-1,5% adalah 76,8%. Bahkan, kenaikan 75 bp ke 1,5%-1,75% juga masuk perhitungan dengan kemungkinan 23,2%.

Selain karena risiko makroekonomi yang kembali meningkat, jatuhnya kembali pasar kripto terjadi setelah perusahaan pinjaman cryptocurrency di AS yakni Celsius Network membekukan sementara penarikan dan transfer dengan alasan kondisi pasar "ekstrim".

Aksi Celsius tersebut menyababkan cryptocurrency pun semakin merana dan menyebabkan nilai kripto secara keseluruhan turun di bawah US$ 1 triliun untuk pertama kalinya sejak Januari 2021.

Koreksi besar yang kembali menerpa aset kripto memicu kekhawatiran bahwa kekalahan itu mungkin meluas ke aset lain atau memukul perusahaan lain.

"Hampir semua hal bisa menjadi risiko sistemik dalam kripto ... karena seluruh ruang terlalu dipengaruhi," kata Cory Klippsten, kepala eksekutif Swan Bitcoin, platform tabungan Bitcoin, dikutip dari Reuters.

Namun, pihak dari Celsius, baik dari CEO Alex Mashinsky maupun manajemen Celsius pun belum menanggapi permintaan komentar dari Reuters.

Perusahaan yang berbasis di New Jersey, AS tersebut memiliki aset sekitar US$ 11,8 miliar, di mana perusahaan menawarkan produk berbunga kepada pelanggan yang menyetor cryptocurrency dengan platform-nya. Kemudian meminjamkan cryptocurrency untuk mendapatkan pengembalian (return).

Perusahaan yang terpapar cryptocurrency sebelumnya telah memperingatkan bahwa penurunan harga kripto dapat memiliki efek riak, termasuk dengan memicu margin call.

"Ini masih merupakan momen yang tidak nyaman bagi investor kripto dan ada beberapa risiko lainnya di pasar kripto yang masih lebih besar," kata Joseph Edwards, kepala strategi keuangan di perusahaan pengelola dana Solrise Finance, dilansir dari Reuters.

Dengan kembali terjadinya crash di kripto untuk kedua kalinya di paruh pertama tahun ini, maka kekayaan dari para crazy rich sekaligus pendiri perusahaan pertukaran kripto pun makin tergerus.

Miliarder seperti pendiri Binance Changpeng Zhao, pendiri FTX Sam Bankman-Fried, dan CEO Galaxy Mike Novogratz pun mengalami penurunan kekayaan yang cukup besar akibat terjadinya crash kripto selama dua kali di paruh pertama 2022.

Tak hanya para pendiri dan CEO perusahaan pertukaran kripto, banyak pihak yang pro-kripto seperti Presiden El Salvador Nayib Bukele dan CEO Microstrategy Inc. Michael Saylor juga bernasib sama yakni kekayaannya menyusut cukup besar.

Berikut tujuh miliarder kripto yang kekayaannya tergerus cukup parah akibat adanya crash kripto.

Crazy Rich Kripto

Changpeng Zhao, pendiri bursa kripto terbesar di dunia yakni Binance pun mengalami kerugian yang amat besar akibat dari crash kripto selama dua di semester I tahun ini.

Kekayaan Zhao pun menyusut hingga 89,35% menjadi US$ 10,2 miliar atau setara dengan Rp 149,94 triliun per Senin, 13 Juni kemarin. Padahal saat Bitcoin menyentuh level tertinggi sepanjang masanya di November 2021, kekayaan Zhao sempat mencapai US$ 95,8 miliar atau setara dengan Rp 1.408,26 triliun dan sempat menjadi orang terkaya pertama dari industri kripto.

Nasib sial lainnya yakni Binance juga menjadi perusahaan yang sedang dipantau oleh penyelidik AS yang ingin mengendalikan industri kripto.

Selain Zhao, Bankman-Fried, CEO FTX juga bernasib sama, di mana kekayaannya tergerus hingga 41,06% menjadi US$ 8,9 miliar atau Rp 130,83 triliun, dari sebelumnya sempat mencapai US$ 15,1 miliar atau Rp 221,97 triliun.

Hal ini dapat mempengaruhi niatnya untuk berkontribusi dalam pesta politik Negeri Paman Sam pada 2024, di mana Bankman-Fried berencana menggelontorkan dana sebesar US$ 16 juta sebagai bentuk pendonor dana bagi partai Demokrat di AS.

CEO Galaxy, Novogratz juga mengalami penurunan kekayaan, dari sebelumnnya saat Bitcoin menyentuh all time high (ATH) November tahun lalu sebesar US$ 13,7 miliar (Rp ), kini hanya sebesar US$ 2,1 miliar (Rp ), menyusut 84,67%.

Novogratz pun menyebut bahwa proyek blockchain Terra dianggap sebagai ide besar yang gagal.

Sementara itu, Winklevoss bersaudara yakni Cameron dan Tyler Winklevoss melihat kekayaan mereka masing-masing merosot menjadi US$ 3 miliar, dari masing-masing US$ 3,8 miliar saat Bitcoin mencetak ATH.

Winklevoss bersaudara merupakan pendiri bursa kripto Gemini, di mana pada bulan ini mereka akan memangkas sekitar 10% dari tenaga kerjanya.

Adapun di Coinbase Global Inc., bursa kripto terbesar ketiga di dunia membatalkan tawaran pekerjaan karena harga kripto yang terus memburuk.

Sang pendiri yakni Brian Armstrong dan Fred Ehrsam pernah memiliki kekayaan gabungan sebesar US$ 18,1 miliar. Namun kini, kekayaan keduanya menyusut menjadi US$ 2,1 miliar, karena saham Coinbase ambruk 79% sejak penawaran umum perdana (IPO) mereka.

Selain tujuh crazy rich dari pendiri bursa kripto tersebut, pendukung kripto seperti Michael Saylor, CEO Microstrategy Inc. pun menyuarakan hal yang sama. Dia sebelumnya pernah men-tweet "Dalam Bitcoin Kami Percaya" pada Senin kemarin, bersama dengan gambar baru dirinya dikelilingi oleh kilat.

Microstrategy, perusahaan perangkat lunak yang ia dirikan sempat mengalami kejatuhan dari nilai perusahaannya saat periode bubble dot-com pada 2000. Microstrategy mulai kembali membeli Bitcoin pada 2020.

Tak hanya Saylor yang bukan dari kalangan pendiri bursa kripto, Presiden El Salvador Nayib Bukele juga merasa terpukul dengan jatuhnya Bitcoin. Apalagi, Bukele merupakan pelopor diakuinya Bitcoin sebagai salah satu alat pembayaran di El Salvador.

Bukele juga menjadi panutan bagi negara-negara di Amerika Latin untuk mengakui keberadaan Bitcoin di negaranya.

Sekitar seminggu yang lalu merupakan peringatan satu tahun disahkannya Bitcoin sebagai mata uang yang legal di El Salvador. Pada saat itu, Bitcoin diperdagangkan di kisaran US$ 36.000.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular