Lagi Jeblok! Kinerja Rupiah Terburuk Sejak Februari 2021

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 June 2022 15:05
Ilustrasi Rupiah dan Dollar di teller Bank Mandiri, Jakarta, Senin (07/5). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah. Rupiah melemah 0,32 % dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. Harga jual dolar AS di  bank Mandiri Rp. 14.043. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,34%. Depresiasi semakin membengkak hingga menyentuh 0,91% ke Rp 14.683/US$ yang merupakan level terlemah sejak 19 Mei lalu.

Di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.678/US$, merosot 0,88% di pasar spot. Pelemahan tersebut merupakan yang terbesar sejak 26 Februari 2021 ketika jeblok 1,14%.

Inflasi yang tinggi di Amerika Serikat membuat bank sentralnya (The Fed) diperkirakan akan semakin agresif menaikkan suku bunga membuat indeks dolar AS melesat dan menekan rupiah.

Jumat lalu, indeks dolar AS tercatat menguat 0,9%, dan dalam sepekan melesat nyaris 2%. Sore ini indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut naik lagi 0,4% ke 104,552.

Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) di AS pada Mei 2022 melesat 8,6% year-on-year (yoy). Inflasi tersebut naik dari bulan sebelumnya 8,3% (yoy) dan menjadi rekor tertinggi sejak 1981. Kemudian inflasi inti yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan naik 6% (yoy).

Secara bulanan (month-to-month/mtm) inflasi naik 1% dan inflasi inti 0,6% (mtm).

Rilis inflasi tersebut membuat bank sentral AS (The Fed) akan tetap menaikkan suku bunga dengan agresif di tahun ini. Bahkan pasar melihat ada peluang The Fed menaikkan suku bunga hingga 75 basis poin saat pengumuman kebijakan moneter Kamis (16/6/2022) nanti.

Hal tersebut terlihat dari perangkat FedWatch milik CNME group, di mana ada probabilitas sebesar 27,5% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 1,5% - 1,75%.

idrFoto: CME Group

Probabilitas tersebut mengalami kenaikan dari hanya 1% saja sebelum rilis data inflasi.

Jika itu terjadi, artinya The Fed lebih agresif dari lagi, sebab pada bulan lalu sang ketua Jerome Powell menyatakan suku bunga akan dinaikkan sebesar 50 basis poin.
Di akhir tahun, suku bunga The Fed diperkirakan berada di kisaran 3% - 3,25%, atau naik 225 basis poin dari level saat ini.

Sementara itu dari dalam negeri, naiknya jumlah kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) di Indonesia hingga nyaris 100% dalam sepekan juga memberikan tekanan.
Rata-rata penambahan kasus selama 7 hari hingga Sabtu kemarin tercatat sebanyak 504 kasus, dibandingkan sepekan sebelumnya 262 kasus. Secara persentase, rata-rata penambahan kasus tersebut melejit lebih dari 92%.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan kenaikan kasus tersebut diakibatkan varian baru yang sudah masuk ke Indonesia. Varian tersebut yakni Omicron BA.4 dan BA.5.

"Nah, untuk informasi teman-teman itu memang sudah ditemukan di Indonesia kemarin di Bali sudah ada 4 orang yang terkena BA.4 dan BA.5. Kita sekarang sudah monitor karena memang ini bisa menghindari imunitas vaksin, penyebarannya juga cepat sama seperti varian Omicron," jelas Budi.

"Jadi kita sudah memastikan penyebab kasus naik pasti adanya varian baru," tuturnya.

Meski begitu, kasus Covid-19 di Indonesia menurut BGS, sapaan akrabnya, masih terpantau baik. Penyebabnya adalah angkat positivity rate dan transmisi kasus yang dilaporkan rendah.

Sejauh ini, hanya DKI Jakarta yang mencatatkan angka positivity rate pada level 3%. Sementara itu secara nasional masih dilaporkan berada di 1,1%.

"Tapi berhubung imunitasnya masih tinggi, kita lihat kenaikannya kasus masih dalam level yang aman," katanya.

Bagaimana perkembangan kasus Covid-19 akan menjadi perhatian, apabila terus menunjukkan kenaikan ada risiko Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) kembali diketatkan, yang tentunya bisa berdampak negatif.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular