Rupiah Terpuruk, Dolar Australia Balik ke Atas Rp 10.300

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 June 2022 12:55
An Australia Dollar note is seen in this illustration photo June 1, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration
Foto: Dolar Australia (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Senin (13/5/2022) dan kembali ke atas Rp 10.300/AU$. Sentimen pelaku pasar yang memburuk pasca rilis data inflasi di Amerika Serikat (AS) membuat rupiah terpukul.

Pada pukul 11:40 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.303/AU$, menguat 0,43% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Data terbaru menunjukkan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) di AS pada Mei 2022 melesat 8,6% year-on-year(yoy). Inflasi tersebut naik dari bulan sebelumnya 8,3% (yoy) dan menjadi rekor tertinggi sejak 1981. Kemudian inflasi inti yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan naik 6% (yoy).

Secara bulanan (month-to-month/mtm) inflasi naik 1% dan inflasi inti 0,6% (mtm).

Tingginya inflasi di Amerika Serikat memicu ekspektasi bank sentral AS (The Fed) akan bertindak lebih agresif lagi di tahun ini.

Hal tersebut terlihat dari perangkat FedWatch milik CNME group, di mana ada probabilitas sebesar 27,5% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 1,5% - 1,75%.

Probabilitas tersebut mengalami kenaikan dari hanya 1% saja sebelum rilis data inflasi.

Jika itu terjadi, artinya The Fed lebih agresif dari lagi, sebab pada bulan lalu sang ketua Jerome Powell menyatakan suku bunga akan dinaikkan sebesar 50 basis poin.
Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto kepada CNBC Indonesia juga mengatakan pelemahan rupiah dan mata uang Asia lainnya terjadi akibat tekanan pasca rilus data inflasi Jumat lalu, yang membuat indeks dolar AS naik tajam.

"Rupiah dibuka melemah cukup signifikan dibandingkan closing di Jumat minggu lalu, sebagai dampak dari rilis data CPI Amerika Serikat, yang mendorong kenaikan indeks dolar AS dan yield Treasury," kata Edi.

Jumat lalu, indeks dolar AS tercatat menguat 0,9%, dan dalam sepekan melesat nyaris 2%. Pagi ini indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut naik lagi 0,3% ke 104,443.

Tekanan terhadap rupiah tersebut membuat dolar Australia berbalik menguat melawan rupiah setelah sebelumnya merosot 3 hari beruntun.

Edi menambahkan BI saat ini terus memonitor pergerakan rupiah, dan mengindikasikan akan melakukan intervensi ketika mekanisme pasar timpang.

"Saya melihat pasar sampai saat ini meskipun melemah tapi offer masih lumayan banyak. Kita terus monitor, tentu BI akan ada di pasar kalau mekanisme pasar timpang (bid - offer timpang)," kata Edi.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular