
Inflasi di AS Ngeri, Rupiah Jeblok Lawan Dolar Singapura

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura naik tajam melawan rupiah pada perdagangan Senin (13/6/2022). Sentimen pelaku pasar yang memburuk memberikan tekanan bagi rupiah yang merupakan aset emerging market.
Melansir data Refinitiv, pada pukul 11:28 WIB, dolar Singapura diperdagangkan di kisaran Rp 10.543/SG$, melesat 0,62% di pasar spot.
Rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) pada Jumat lalu membuat sentimen pelaku pasar memburuk.
Data terbaru menunjukkan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) pada Mei 2022 melesat 8,6% year-on-year (yoy). Inflasi tersebut naik dari bulan sebelumnya 8,3% (yoy) dan menjadi rekor tertinggi sejak 1981. Kemudian inflasi inti yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan naik 6% (yoy).
Secara bulanan (month-to-month/mtm) inflasi naik 1% dan inflasi inti 0,6% (mtm).
Harga energi berkontribusi besar terhadap kenaikan inflasi. Sepanjang Mei harga energi naik 3,9% dari bulan sebelumnya. Sementara dibandingkan Mei 2021, harga energi melonjak hingga lebih dari 34%.
Dengan harga minyak mentah yang masih tinggi saat ini, ada kekhawatiran inflasi masih akan terus meninggi.
Ketika inflasi akan terus menanjak, maka konsumsi rumah tangga, salah satu tulang punggung perekonomian, berisiko terpukul.
Guna meredam inflasi, bank sentral menaikkan suku bunga dengan agresif, hal ini bisa menghambat ekspansi dunia usaha, begitu juga konsumsi rumah tangga. Alhasil. pelambatan ekonomi tak bisa dihindari. Risiko resesi semakin meninggi.
Tidak hanya di Amerika Serikat, beberapa negara juga mengalami nasib yang sama. Meski Indonesia diperkirakan kebal terhadap resesi, tetapi pelambatan ekonomi global juga bisa menyeret pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Ambruk, Kurs Dolar Singapura Cetak Rekor Termahal
