Mayday Mayday! Rupiah Jeblok & Terburuk di Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 June 2022 10:36
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah semakin terpuruk melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (13/6/2022). Begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung melemah hingga 0,34% ke Rp 14.600/US$. Tidak lama, rupiah makin jeblok hingga menjadi yang terburuk di Asia.

Pada pukul 10:09 WIB, rupiah berada di Rp 14.650/US$, merosot 0,69% di pasar spot melansir data Refinitiv. Semua mata uang utama Asia memang melemah melawan dolar AS, tetapi rupiah yang paling terpuruk. Di urutan kedua ada won Korea Selatan yang melemah 0,58%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Merosotnya mata uang Asia hari ini menunjukkan betapa kuatnya dolar AS. Hal ini tidak lepas dari rilis data inflasi pada Jumat lalu.

Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) pada Mei 2022 melesat 8,6% year-on-year (yoy). Inflasi tersebut naik dari bulan sebelumnya 8,3% (yoy) dan menjadi rekor tertinggi sejak 1981. Kemudian inflasi inti yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan naik 6% (yoy).

Secara bulanan (month-to-month/mtm) inflasi naik 1% dan inflasi inti 0,6% (mtm).

Rilis inflasi tersebut membuat bank sentral AS (The Fed) akan tetap menaikkan suku bunga dengan agresif di tahun ini. Bahkan pasar melihat ada peluang The Fed menaikkan suku bunga hingga 75 basis poin saat pengumuman kebijakan moneter Kamis (16/6/2022) nanti.

Hal tersebut terlihat dari perangkat FedWatch milik CNME group, di mana ada probabilitas sebesar 27,5% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 1,5% - 1,75%.

idrFoto: CME Group

Probabilitas tersebut mengalami kenaikan dari hanya 1% saja sebelum rilis data inflasi.

Jika itu terjadi, artinya The Fed lebih agresif dari lagi, sebab pada bulan lalu sang ketua Jerome Powell menyatakan suku bunga akan dinaikkan sebesar 50 basis poin.

Di akhir tahun, suku bunga The Fed diperkirakan berada di kisaran 3% - 3,25%, atau naik 225 basis poin dari level saat ini.

Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto kepada CNBC Indonesia juga mengatakan pelemahan rupiah dan mata uang Asia lainnya terjadi akibat tekanan pasca rilis data inflasi Jumat lalu, yang membuat indeks dolar AS naik tajam.

"Rupiah dibuka melemah cukup signifikan dibandingkan closing di Jumat minggu lalu, sebagai dampak dari rilis data CPI Amerika Serikat, yang mendorong kenaikan indeks dolar AS dan yield Treasury," kata Edi.

Jumat lalu, indeks dolar AS tercatat menguat 0,9%, dan dalam sepekan melesat nyaris 2%. Pagi ini indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut naik lagi 0,3% ke 104,443.

Edi menambahkan BI saat ini terus memonitor pergerakan rupiah, dan mengindikasikan akan melakukan intervensi ketika mekanisme pasar timpang.

"Saya melihat pasar sampai saat ini meskipun melemah tapi offer masih lumayan banyak. Kita terus monitor, tentu BI akan ada di pasar kalau mekanisme pasar timpang (bid - offer timpang)," kata Edi.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular