Inflasi Kelewat 'Hot', Harga Tembaga 'Kebakaran'

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Senin, 13/06/2022 15:20 WIB
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia terpantau melemah tertekan setelah rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang mendukung dolar AS makin perkasa.

Pada Senin (13/6/2022) pukul 13.44 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 9.435/ton, turun 0,65% dibandingkan harga penutupan akhir pekan lalu.


Laju inflasi Negeri Paman Sam pada Mei 2022 melesat ke 8,6% secara tahunan (year-on-year/yoy), jadi yang tercepat sejak 41 tahun lalu.Posisi inflasi AS pada Mei berada di atas konsensus pasar sebesar 8,3% yoy. Juga menembus rekor inflasi pada Maret sebesar 8,5% yoy.

Tingginya inflasi makin meyakinkan bahwa bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserves/The Fed) akan menaikkan suku bunga secara agresif pada pertemuan nanti.

Paska data inflasi dirilis, para pelaku meyakini suku bunga The Fed sebesar 3-3,25% pada akhir tahun, dengan probabilitas sebesar 37%, menurut perangkat FedWatch milik CME Group Ekspektasi tersebut naik dari sebelumnya 2,75-3%. Artinya bank sentral yang dipimpin oleh Jerome Powell itu akan agresif.

The Fed akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (16/6/2022) dini hari waktu Indonesia. Suku bunga The Fed hampir pasti naik 50 basis poin, sama seperti bulan lalu. Namun, pasar akan mencermati proyeksi suku bunga ke depan dari Powell.

Kenaikan suku bunga dikhawatirkan akan jadi penghambat pemulihan ekonomi dunia. Efeknya bisa terasa hingga tembaga.

Tembaga sebagai "the new oil" akan terdampak negatif dari hal tersebut. Sebab tembaga dipakai dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan perlengkapan sehari-hari, pembangunan, infrastruktur, transportasi, dan industri.

Kenaikan suku bunga juga mengerek dolar AS. Sebab pasokan dolar yang beredar menjadi berkurang.

Dollar Index (yang mengukur greenback dibandingkan dengan enam mata uang lainnya) menguat dan makin mendekati puncak tertinggi sejak 2022. Saat ini dollar index berada di 104,508.

Ini menjadi sentimen negatif bagi tembaga yang dibanderol dengan greenback karena menjadi lebih mahal bagi mata uang lainnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Industri Aspal Tertekan, Kontrak Baru Tetap Mengalir