Inflasi Kelewat 'Hot', Harga Tembaga 'Kebakaran'

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
13 June 2022 15:20
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia terpantau melemah tertekan setelah rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang mendukung dolar AS makin perkasa.

Pada Senin (13/6/2022) pukul 13.44 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 9.435/ton, turun 0,65% dibandingkan harga penutupan akhir pekan lalu.

Laju inflasi Negeri Paman Sam pada Mei 2022 melesat ke 8,6% secara tahunan (year-on-year/yoy), jadi yang tercepat sejak 41 tahun lalu.Posisi inflasi AS pada Mei berada di atas konsensus pasar sebesar 8,3% yoy. Juga menembus rekor inflasi pada Maret sebesar 8,5% yoy.

Tingginya inflasi makin meyakinkan bahwa bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserves/The Fed) akan menaikkan suku bunga secara agresif pada pertemuan nanti.

Paska data inflasi dirilis, para pelaku meyakini suku bunga The Fed sebesar 3-3,25% pada akhir tahun, dengan probabilitas sebesar 37%, menurut perangkat FedWatch milik CME Group Ekspektasi tersebut naik dari sebelumnya 2,75-3%. Artinya bank sentral yang dipimpin oleh Jerome Powell itu akan agresif.

The Fed akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (16/6/2022) dini hari waktu Indonesia. Suku bunga The Fed hampir pasti naik 50 basis poin, sama seperti bulan lalu. Namun, pasar akan mencermati proyeksi suku bunga ke depan dari Powell.

Kenaikan suku bunga dikhawatirkan akan jadi penghambat pemulihan ekonomi dunia. Efeknya bisa terasa hingga tembaga.

Tembaga sebagai "the new oil" akan terdampak negatif dari hal tersebut. Sebab tembaga dipakai dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan perlengkapan sehari-hari, pembangunan, infrastruktur, transportasi, dan industri.

Kenaikan suku bunga juga mengerek dolar AS. Sebab pasokan dolar yang beredar menjadi berkurang.

Dollar Index (yang mengukur greenback dibandingkan dengan enam mata uang lainnya) menguat dan makin mendekati puncak tertinggi sejak 2022. Saat ini dollar index berada di 104,508.

Ini menjadi sentimen negatif bagi tembaga yang dibanderol dengan greenback karena menjadi lebih mahal bagi mata uang lainnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Terlalu Perkasa, Tembaga Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular