Rupiahku Sayang, Rupiahku Malang... Sudah Tembus Rp14.500/US$

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 June 2022 09:45
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Apa boleh buat, dolar AS memang terlampau kuat. Dalam sepekan, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat hampir 2% secara point-to-point.

Mata uang Negeri Paman Sam mendapat tailwind dari ekspektasi kenaikan suku bunga acuan. Mengutip CME FedWatch, peluang kenaikan Federal Funds Rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 1,25-1,5% adalah 76,8%. Lebih gila lagi, kenaikan 75 bps ke 1,5-1,75% juga masuk perhitungan dengan kemungkinan 23,2%.

fedSumber: CME FedWatch

Pasar makin yakin dengan agresivitas The Fed menyusul rilis data inflasi terbaru. Pada Mei 2022, inflasi Negeri Paman Sam tercatat 8,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Ini adalah rekor tertinggi sejak 1981.

Percepatan laju inflasi membuat bank sentral tidak punya banyak pilihan. Kebijakan moneter yang ulta-longgar saat pandemi harus diketatkan, dengan kecepatan dan intensitas luar biasa. Suku bunga acuan harus naik, demi meredam ekspektasi inflasi.

Ketika The Fed menaikkan suku bunga, apalagi gila-gilaan, maka imbalan investasi aset-aset yang berbasis dolar AS (utamanya instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi) akan ikut terangkat. Jadi wajar saja dolar AS kebanjiran pembeli sehingga 'harga' naik.

"Inflasi sekarang di titik tertinggi dalam lebih dari 40 tahun, dengan kemungkinan ini belum mencapai puncaknya. Greenback pun menguat tajam karena dukungan kebijakan moneter," kata John Doyle, Vice President Monex USA, sebagaimana diwartakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/luc)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular