
Bursa Asia Ditutup Kebakaran Lagi, Cuma Nikkei yang Selamat

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup di zona merah pada perdagangan Kamis (9/6/2022), karena investor cenderung merespons dari kabar bahwa pemerintah China akan kembali memperketat pembatasan wilayah di sebagian kota Shanghai.
Hanya indeks Nikkei Jepang yang ditutup menguat tipis-tipis, yakni naik tipis 0,09% ke posisi 28.260,93 pada perdagangan hari ini.
Sementara sisanya ditutup di zona merah. Indeks Hang Seng ditutup melemah 0,66% ke posisi 21.869,05, Shanghai Composite China terkoreksi 0,76% ke 3.238,95, ASX 200 Australia ambles 1,42% ke 7.019,7.
Berikutnya Straits Times Singapura terpangkas 0,5% ke posisi 3.209,62, KOSPI Korea Selatan turun tipis 0,03% ke 2.625,44, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terdepresiasi 0,15% ke 7.182,83.
Sejatinya, sentimen pasar di kawasan Asia-Pasifik cenderung positif setelah rilis data perdagangan China pada periode Mei 2022.
Dari rilis data perdagangan China, ekspor Negeri Panda pada Mei lalu melonjak 16,9% (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada April lalu yang naik 3,9%. Angka ini juga lebih baik dari ekspektasi ekonom dalam polling Reuters yang memperkirakan kenaikan sebesar 8%.
Sedangkan impor Negeri Panda pada bulan lalu juga melonjak 4,1% (yoy), dari sebelumnya pada April lalu sebesar 0,01%. Angka ini juga lebih tinggi dari ekspektasi ekonom dalam survei Reuters yang memperkirakan kenaikan 2%.
"Kinerja ekspor sangat impresif dalam konteks banyaknya kota yang di-lockdown pada bulan lalu," kata Stephen Innes, managing partner di SPI Asset Management, dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters.
Melonjaknya ekspor tersebut membuat surplus neraca dagang Negeri Panda pada bulan lalu mencapai US$ 78,76 miliar, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya US$ 51,12 miliar dan ekspektasi US$ 58 miliar.
Tetapi, bursa Asia-Pasifik justru terkoreksi setelah adanya kabar bahwa pemerintah China akan kembali mengetatkan pembatasan wilayah (lockdown) di sebagian kota terbesar kedua di China tersebut.
Di distrik Minhang, penduduk setempat diwajibkan untuk tinggal di rumah selama dua hari dalam upaya membatasi penularan virus corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19).
Sekadar informasi, Minhang adalah distrik yang ditempati oleh dua juta lebih penduduk. Adapun pembatasan akan dicabut setelah uji asam nukleat pada 11 Juni berakhir.
Hal ini membuat pelaku pasar yang sebelumnya optimis bahwa pandemi Covid-19 di China semakin terkendali, kembali skeptis setelah adanya kabar tersebut.
Selain itu, investor cenderung khawatir dengan potensi pengetatan kebijakan moneter bank sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB) pada hari ini.
ECB diprediksikan akan mengkonfirmasi niatnya untuk kembali menaikkan suku bunga bulan depan karena inflasi kawasan Eropa mencapai rekor tertingginya pada Mei.
Investor juga akan menanti pernyataan dari Presiden ECB, Christine Lagarde untuk mengukur seberapa agresif ECB akan menaikkan suku bunga acuannya.
Selain menanti kebijakan suku bunga terbaru ECB, investor juga menanti rilis data inflasi terbaru di Amerika Serikat (AS).
Inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) AS pada bulan lalu diprediksi melandai jika dibandingkan dengan April lalu dan dapat mengindikasikan bahwa inflasi telah mencapai puncaknya.
Di lain sisi, kontrak berjangka (futures) indeks bursa AS cenderung melemah di pra-pembukaan perdagangan hari ini, setelah mayoritas indeks berakhir lebih rendah kemarin dan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS kembali naik ke kisaran 3%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam
