Jelang Rilis Suku Bunga ECB, Bursa Eropa Dibuka Merah!
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Eropa kompak terkoreksi pada perdagangan Kamis (9/6/2022), menjelang rilis keputusan suku bunga acuan oleh bank sentral Eropa (ECB).
Indeks Stoxx 600 di awal sesi turun 0,7%, di mana saham emiten sumber daya alam merosot 1,4% dan menjadi pemimpin penurunan. Sedangkan, saham emiten minyak dan gas naik 0,6%.
Indeks DAX Jerman terkoreksi 136,38 poin atau turun 0,95% ke 14.308,67 dan indeks CAC Prancis merosot 0,66% ke posisi 6.406,37. Hal yang serupa terjadi dengan indeks FTSE Inggris yang turun 0,66% ke 7.543,31.
Saham ritel asal Inggris, Sainsbury, anjlok lebih dari 5%, sedangkan saham Tate & Lyle melesat lebih dari 4% setelah melaporkan kinerja keuangan.
Investor wilayah Eropa akan fokus pada rilis kebijakan moneter dari ECB yang dijadwalkan akan dirilis sore hari ini waktu Indonesia. ECB diprediksikan akan mengkonfirmasi niatnya untuk menaikkan suku bunga bulan depan karena inflasi kawasan Eropa mencapai rekor tertingginya pada Mei.
Selain itu, investor juga akan menanti pernyataan dari Presiden ECB Christine Lagarde untuk mengukur seberapa agresif ECB akan menaikkan suku bunga acuannya.
Bursa saham di Asia Pasifik bergerak beragam di perdagangan hari ini, di mana investor masih menunggu reaksi pasar terhadap rilis data perdagangan China di Mei yang berada di atas prediksi pasar.
Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di pra-pembukaan perdagangan hari ini, setelah mayoritas indeks berakhir lebih rendah kemarin dan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS naik.
Investor global juga menanti petunjuk terhadap pertumbuhan ekonomi dari rilis Indeks Harga Konsumen (IHK) AS di Mei yang dijadwalkan akan dirilis Jumat (10/6).
Pasar memprediksikan IHK di Mei akan melandai jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan dapat mengindikasikan bahwa inflasi telah mencapai puncaknya.
Perdagangan yang negatif pada hari ini, melanjutkan tren penurunan karena keresahan akan inflasi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi menekan sentimen investor.
"Orang-orang menyadari dengan pasti bahwa perusahaan mulai menaikkan biaya dan harga secara umum, jauh lebih tinggi daripada sebelumnya karena biaya produksi mereka naik dan kekhawatiran akan potensi biaya yang terus melonjak. Saya pikir itulah salah satu alasan mengapa kami melihat tekanan penurunan pada ekuitas," tutur Profesor Ekonomi University of Chicago Randal Kroszner dikutip dari CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)