Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang rubel Rusia dan lira Turki ibarat langit dan bumi. Bagaimana tidak, rubel saat ini menjadi mata uang terbaik di dunia, sebaliknya lira yang terburuk. Padahal, kebijakan yang diambil kedua negara mirip.
Bank sentral Rusia (Central Bank of Russia/CBR) sangat agresif dalam memangkas suku bunga. Dalam tempo 2 bulan saja suku bunga dipangkas sebanyak 3 kali masing-masing 300 basis poin menjadi 11%.
CBR bahkan diprediksi akan memangkas suku bunganya lagi sebesar 100 basis poin Jumat (10/6/2022) besok menjadi 10%. Dan di akhir tahun suku bunga CBR diperkirakan sebesar 8%.
Meski suku bunga dipangkas dengan agresif, nyatanya rubel masih kokoh menjadi mata uang terbaik di dunia. Sepanjang tahun ini penguatannya melawan dolar Amerika Serikat (AS) tercatat lebih dari 21%.
 Foto: Refinitiv |
Kebijakan capital control yang diterapkan Presiden Rusia, Vladimir Putin, masih menjadi salah satu faktor utama yang membuat rubel perkasa. Kebijakan tersebut belakangan sudah dilonggarkan, sebelumnya perusahaan Rusia diwajibkan mengkonversi valuta asingnya sebanyak 80% menjadi rubel. Kini capital control tersebut dikurangi menjadi 50%.
Sebaliknya, lira Turki menjadi mata uang terburuk di dunia. Sepanjang tahun ini jeblok lebih dari 20% melawan dolar AS.
Sama dengan CBR, bank sentral Turki (CBRT) juga terus memangkas suku bunga pada tahun lalu dengan total 500 basis poin menjadi 14%.
Selain itu, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, juga menerapkan kebijakan capital control. Perusahaan eksportir Turki diwajibkan mengkonversi 25% valuta asingnya menjadi lira.
Kebijakan Erdogan tersebut belum mampu mendongkrak kinerja lira, bahkan malah makin merosot hingga menjadi mata uang terburuk di dunia.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Inflasi Jadi Pembeda
Meski kebijakan Rusia dan Turki mirip, tetap ada satu yang berbeda yakni inflasi. Rusia sukses meredam lonjakan inflasi sementara Turki mengalami "tsunami" inflasi, bahkan sangat tinggi.
Di awal bulan Maret nilai tukar rubel jeblok hingga lebih dari 100% ke rekor terlemah sepanjang sejarah RUB 150/US$, inflasi pun di Rusia meroket. CBR langsung mengerek suku bunga dari 9,5% hingga 20%. Ditambah dengan kebijakan capital control plus transaksi berjalan yang mencatat rekor surplus akibat tingginya harga komoditas energi membuat rubel langsung berbalik menguat dan menjadi mata uang terbaik di dunia.
Rubel yang sudah kuat membuat inflasi di Rusia melandai, CBR pun memangkas suku bunganya.
"Berkat rubel yang menguat, inflasi menjadi turun lebih cepat dari yang kami perkirakan. Ini memungkinkan kamu untuk menurunkan suku bunga tanpa memicu kenaikan inflasi yang baru," kata Elvira Nabiullina, Gubernur CBR sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (26/5/2022)
Sepanjang 2022, hasil polling Reuters menunjukkan inflasi diperkirakan sebesar 16,4%, nyaris 2 kali lipat dari tahun lalu 8,4%. Tetapi ekspektasi tersebut lebih rendah dari proyeksi bulan lalu sebesar 20,5%.
Berbeda dengan Turki, beberapa bulan sebelum akhir 2021 inflasi nyaris mencapai 20%, bukannya menaikkan suku bunga CBRT justru malah memangkas suku bunga. Alhasil, nilai tukar lira jeblok, dan inflasi makin menggila.
Di bulan Mei, inflasi di Turki meroket 73,5% (year-on-year/yoy), menjadi yang tertinggi dalam lebih dari 2 dekade terakhir. Meski inflasi sangat tinggi, tetapi CBRT masih enggan menaikkan suku bunga. Sebabnya, Presiden Erdogan yang anti dengan suku bunga tinggi.
Erdogan bahkan menyebut suku bunga tinggi merupakan "biangnya setan". Pemangkasan suku bunga yang dilakukan CBRT tahun lalu juga tak lepas dari intervensi Erdogan dengan mengganti gubernur bank sentralnya yang sebelumnya menaikkan suku bunga.
"Selama Presiden Erdogan masih berkuasa, suku bunga tidak akan dinaikkan," kata Jason Tuvey, ekonom senior untuk negara emerging market di Capital Economics, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (26/5/2022).
TIM RISET CNBC INDONESIA