Indikasi Masuknya Salim ke BRMS Menguat, Ini Petunjuknya!

Feri Sandria, CNBC Indonesia
09 June 2022 13:35
Konfirmasi Transaksi Jumbo Saham, BRMS Genjot Produksi Emas (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Konglomerasi bisnis raksasa milik Anthoni Salim dikabarkan menjadi pembeli aktif emiten pertambangan emas milik Grup Bakrie, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). Secara perlahan, pengambilalihan saham emiten ini diketahui sudah dimulai sejak tahun lalu.

Kemarin Lusa, terjadi transaksi negosiasi atas 6 miliar saham BRMS. Transaksinya dilakukan melalui aksi tutup sendiri atau crossing dengan rata-rata harga di Rp 210. Sehingga, total nilai transaksi mencapai Rp 1,39 triliun. Transaksi inilah yang membuat isu masuknya Grup Salim ke BRMS kembali ramai diperbincangkan.

Terkait transaksi jumbo itu, Direktur BRMS Herwin Wahyu Hidayat mengkonfirmasi bahwa pelepasan saham tersebut mayoritas oleh domestik dan diakumulasikan oleh para fund manager dan kustodian asing.

"Betul yang bisa saya sampaikan, terkait adanya transaksi 3 Juni 2022 di 6,6 miliar lembar saham di BRMS," kata Herwin kepada CNBC Indonesia, Kamis (9/6/2022).

Dalam wawancara dengan CNBC Indonesia TV, Herwin menyebut bahwa pihaknya menyambut baik siapapun pemegang saham baru, "baik dari grup manapun." Bagi Herwin, ketertarikan investor memborong saham BRMS menjadi bukti terkait prospek perusahaan di masa depan.

Dari data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) terbaru terungkap, Emirates Tarian Global merupakan pemegang saham mayoritas BRMS sebesar 25,10%. Sementara pengendali saat ini, Bumi Resources (BUMI) menggenggam 4,88% saham BRMS.

Terkait siapa yang berada di balik pemegang saham mayoritas di BRMS saat ini, yakni Emirates Tarian Global Venture, Herwin mengaku tidak dapat berkata banyak karena informasi yang bersifat sensitif. Terlebih, pihaknya terikat dengan kesepakatan kerahasiaan pemegang saham.

Walaupun demikian, ia percaya bahwa publik tampaknya tahu siapa konglomerat di balik perusahaan yang terdaftar di Cayman Island itu. Pasalnya, Emirates Tarian juga sebelumnya sempat masuk ke emiten jalan tol milik Jusuf Hamka, PT Cipta Marga Nusaphala Tbk (CMNP).

"Pada tanggal yang sama di BMRS, pembeli didominasi investor asing, terdiri dari yang bisa saya sampaikan adalah para fund manager asing dan kustodian asing, yang pasti ada investor di balik fund tersebut. Tentunya saya tidak bisa sebutkan di balik Emirates, tapi masyarakat bisa lihat Emirates pernah di jalan tol CMNP," terang Herwin.

Di tengah isu akuisisi BRMS, ada nama Agus Projosasmito, yang awal tahun ini secara resmi ditunjuk menjadi Direktur Utama PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) yang baru. Agus hadir menggantikan Suseno Kramadibrata yang kini menjabat sebagai Wakil Direktur Utama perseroan.

Sebelum menjadi pucuk pimpinan di emiten tambang, Agus memulai kariernya di industri keuangan. Sebagai investment bankir, salah satu milestone penting dalam karier Alumni Australian National University adalah menjadi Presiden Direktur Danareksa Sekuritas.

Selain itu, beberapa posisi penting di industri keuangan yang pernah dijabar Agus termasuk Komisaris Utama di PT NC Securities, Wakil Presiden Direktur di PT DBS Securities Indonesia, Direktur di PT Merincorp Securities Indonesia, Head of Capital Market di PT Merchant Investment Corp, serta Head of Capital Market di PT Danareksa (Persero).

Setelah menghabiskan tiga dekade karier cemerlang di industri keuangan, Agus mulai memfokuskan diri terjun di industri padat modal lain, yakni pertambangan.

Masuknya Agus ke industri pertambangan ikut menjalin kedekatan dengan bos Grup Salim. Agus disebut menjalankan beberapa proyek bisnis dengan Anthoni Salim di bawah bendera Ithaca Resources yang bergerak di bidang pertambangan batu bara.

Kedatangan Agus tampaknya menjadi lampu kuning bagi para investor, mengingat sepak terjangnya di sektor merger dan akuisisi, baik selama masih menjadi bankir investasi atau setelahnya.

Transaksi-transaksi utama yang pernah dimotori Agus di Indonesia termasuk pendirian Star Energy dengan akuisisi operasi lepas pantai Conoco Phillips di Natuna pada 2002 serta akuisisi situs geotermal Wayang Windu dari Credit Suisse dan Deutsche Bank pada 2004. Akan tetapi, langkah terbesarnya yang benar-benar terlihat oleh publik adalah lewat akuisisi tambang tembaga-emas di Nusa Tenggara Barat dari perusahaan Amerika Serikat.

Agus merupakan salah satu sosok kunci akuisisi Newmont Nusa Tenggara (NNT) dari Newmont Mining Corp. dan Sumitomo Corporation oleh Medco Energy (MEDC) tahun 2016 silam.

Medco Energi Group dan AP Investment milik Agus diketahui bekerja sama mengakuisisi saham di Amman Mineral dengan dukungan dari tiga bank BUMN, yaitu Bank Mandiri (BMRI), Bank Negara Indonesia (BBNI) dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI).

Total transaksi pengambilalihan perusahaan yang berganti nama menjadi Amman Minerals tersebut mencapai US$ 2,6 miliar atau setara Rp 34,32 triliun (asumsi kurs Rp 13.200/AS kala itu).

Dalam kepekatan akuisisi tersebut, emiten tambang emas milik Grup Bakrie, BRMS, akhirnya ikut menjual kepemilikan sahamnya di NNT lewat PT Multi Daerah Bersaing (MBD) kepada Medco senilai US$ 400 juta.

Seperti mengulang sejarah, kini Grup Bakrie dikabarkan kembali melepas kepemilikannya kepada pihak lainnya yang ikut dimotori Agus Projosasmito. Jika sebelumnya bersama Medco, kali ini ia diduga menyelinap ke perusahaan Grup Bakrie bersama Anthoni Salim melalui Emirates Tarian Global Ventures.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular