Batu Bara & CPO Bakal Bye, 'Harta Karun' Ini Jadi Andalan RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga komoditas diperkirakan masih bisa dinikmati Indonesia hingga 2023. Indonesia juga memiliki harta karun berupa nikel yang bisa melonjak harganya dalam dua dekade ke depan.
Perang Rusia-Ukraina yang meletus pada 24 Februari lalu membawa berkah bagi Indonesia dalam bentuk kenaikan harga komoditas energi. Di saat negara lain pusing karena kenaikan komoditas batu bara hingga minyak nabati, pemerintah Indonesia justru mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 420 triliun dari kenaikan komoditas pada tahun ini.
Berkah komoditas kemungkinan masih bisa dinikmati Indonesia di tahun depan, meskipun tidak akan sebesar tahun ini. Penurunan penerimaan disebabkan melandainya harga sejumlah komoditas andalan Indonesia seperti minyak sawit mentah (CPO) dan batu bara.
Ekonom Citibank Indonesia Helmi Arman mengatakan secara keseluruhan booming komoditas berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia.
Indonesia memang mengimpor minyak mentah dalam jumlah besar tetapi secara keseluruhan Indonesia membukukan net ekspor dalam perdagangan komoditas energi.
Dia menjelaskan windfall atau keuntungan dari booming komoditas paling banyak dinikmati oleh perusahaan. Negara juga diuntungkan karena penerimaan yang meningkat. Namun, masyarakat kecil justru hanya menikmati sedikit bahkan cenderung dirugikan dari kenaikan komoditas karena inflasi melonjak.
Berdasarkan hitungan Citibank Indonesia, booming komoditas akan menambah cash inflow perusahaan sebesar 1,5% sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 0,5%.
Namun, kenaikan komoditas membuat cash masyarakat berkurang 0,4% karena lonjakan inflasi. Kondisi tersebut menurunkan pertumbuhan ekonomi hingga 0,2%.
Helmi menjelaskan keuntungan booming komoditas yang diterima perusahaan ataupun negara diputar ke dalam sektor lain yang menggerakkan ekonomi.
Tambahan keuntungan negara juga membantu pemerintah untuk memberikan subsidi guna melindungi masyarakat dari dampak kenaikan harga energi. Karena itulah, secara keseluruhan Indonesia masih diuntungkan oleh kenaikan komoditas.
Helmi memperkirakan sebagian besar komoditas kemungkinan akan mengalami penurunan harga. Kecuali minyak mentah, harga komoditas seperti batu bara dan CPO akan melandai setelah meroket di kuartal I tahun ini.
Penurunan harga ini tentu saja akan berdampak besar terhadap penerimaan negara. "Penerimaan negara dari komoditas juga akan menurun. Namun, pemerintah juga akan mengurangi pengeluaran dalam jumlah besar untuk penanganan Covid serta subsidi sehingga defisit di bawah 3% masih dimungkinkan," tutur Helmi dalam diskusi Asian Development Bank's Commodity Outlook, Rabu (8/6/2022).
Dia menjelaskan harga batu bara kemungkinan akan melandai karena China meningkatkan produksinya.
Peningkatan produksi akan membuat permintaan impor batu bara dari China melemah sehingga harga pun melandai. China tengah mengejar produksi batu bara sebesar 300 juta ton per bulan atau 4,4 miliar ton di tahun 2022.
Produksi batu bara China mencapai 1,45 miliar on di Januari-April, 11% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama lama tahun sebelumnya.
Kenaikan produksi tersebut menekan impor batu hitam. China mengimpor batu bara sebanyak 75,41 juta ton pada Januari-April 2022, turun 16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penurunan harga batu bara akan membuat penerimaan negara dari royalti turun. Dalam catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), penerimaan negara dari royalti tambang, termasuk batu bara hingga 8 Juni mencapai Rp 25,62 triliun. Penerimaan tersebut sudah melewati pencapaian tahun 2020 (Rp 20,75 triliun).
(mae/mij)