
RI Salip China Hingga AS, Ekonom: Ada Rezeki Nomplok!

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia bak ketiban 'durian runtuh' karena melonjaknya harga komoditas global. Hal tersebut mendorong pertumbuhan ekonomi tumbuh di tengah kondisi global yang memburuk. Indonesia bahkan menyalip China dan Amerika Serikat (AS).
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Ekonom Citibank Indonesia Helmi Arman Mukhlis dalam webinar Asian Development Bank (ADB) Indonesia bertajuk Indonesia Development Talk 6, Rabu (8/6/2022).
Helmi menjelaskan, adanya commodity boom adalah rejeki nomplok untuk Indonesia, neraca perdagangan surplus dan penerimaan negara juga ikut terkerek.
"Namun rejeki nomplok itu disumbang karena kenaikan harga, bukan karena peningkatan volume. Jadi, tidak berarti menerima rejeki nomplok itu diterjemahkan langsung ke kegiatan ekonomi yang dapat mendorong produk domestik bruto (PDB)," jelas Helmi.
Oleh karena itu, Helmi berpandangan agar rejeki nomplok yang diterima negara saat ini, seharusnya diinvestasikan atau diputar untuk digunakan ke sektor ekonomi lain.
Seperti diketahui, pemerintah meyakini, adanya durian runtuh dari commodity boom menambah penerimaan negara sebesar Rp 420,1 triliun pada tahun ini.
"Kita perlu agar rezeki tak terduga ini diinvestasikan atau didaur ulang ke sektor ekonomi lain. Sehingga memiliki dampak positif bagi perekonomian, terutama investasi atau pembentukan modal ekonomi," ujar Helmi lagi.
![]() Dok, Kemenkeu |
Lagi pula, menurut Helmi keuntungan Indonesia dari harga komoditas global ini juga lebih banyak imbas dari perusahaan atau korporasi dibandingkan masyarakat.
Masyarakat yang menerima dampak positif dari commodity boom hanya dirasakan oleh segelintir kelompok, yang misalnya benar-benar bergelut di sektor kelapa sawit.
"Masyarakat justru terkena dampak negatif dari adanya commodity boom ini, karena meningkatnya harga di tingkat konsumen," jelas Helmi.
Pun adanya commodity boom terhadap perekonomian Indonesia diperkirakan bisa membawa dampak positif, selama pemerintah tidak menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan masal oleh masyarakat, dalam hal ini Premium.
"Selama tidak ada kenaikan besar dalam harga bahan bakar, commodity boom terhadap PDB Indonesia akan berdampak positif," tuturnya.
Helmi memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini, dengan adanya commodity boom, akan membawa pertumbuhan ekonomi mencapai hingga 5%, dari sebelumnya diproyeksikan hanya 4,8%.
"Mengingat perkembangan positif harga komoditas dan tidak adanya kenaikan harga bahan bakar, kami baru-baru ini menaikkan proyeksi kami untuk PDB menjadi sekitar 5% tahun ini," ujarnya.
(cap/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bea Cukai Belum Terima Usulan Ekspor Konsentrat Tembaga