Putin Makin Getol 'Buang' Dolar, Negara Lain Nyusul?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 June 2022 11:34
Dollar
Foto: Freepik

Peran vital dolar AS di dunia finansial global membuat Amerika Serikat disebut mendapat 'hak istimewa setinggi langit" oleh Menteri Keuangan Prancis, Valéry Giscard d'Estaing pada tahun 1965. Bagaimana tidak, mayoritas perdagangan internasional menggunakan dolar AS, harga komoditas juga mayoritas dipatok dengan greenback.

Dolar AS yang sangat dominan di dunia ini memberikan keuntungan yang besar bagi Amerika Serikat. Obligasi pemerintah AS akan selalu ada peminatnya, bahkan bisa diterbitkan dengan kupon yang rendah.

Aliran modal yang besar ke Amerika Serikat bisa menambal defisit transaksi berjalan dan anggaran secara terus menerus. Berdasarkan data dari Atlantic Council yang mengutip data dari bank sentral AS (Federal Reserve/The) pada periode 1999-2019, penggunaan dolar AS dalam transaksi internasional di wilayah Amerika Utara dan Selatan mencapai 96,4%. Kemudian di Asia-Pasifik nilainya mencapai 74%.

idrSumber: Atlantic Council

Porsi penggunaan dolar AS hanya lebih kecil di Eropa yakni 23,1% saja. Maklum saja, Eropa memiliki mata uang tunggal yakni euro yang kontribusinya terhadap perdagangan ekspor impor di Eropa mencapai 66,1%. Di sisa dunia lainnya, penggunaan dolar AS mencapai 79,1%. Belum lagi melihat porsinya di cadangan devisa global yang hampir 60%, terlihat jelas bagaimana dominasi dolar AS di dunia finansial.

Dengan vitalnya posisi dolar AS tersebut, banyak yang mengatakan Amerika Serikat menggunakannya sebagai senjata untuk menekan negara lain. Sanksi yang diberikan ke Rusia, dan begitu juga negara-negara lain dalam beberapa dekade ke belakang menjadi indikasinya.

Dengan dikeluarkannya Rusia dari SWIFT, dan cadangan devisa yang dibekukan, Bank sentral Rusia tentunya kesulitan memenuhi kebutuhan valuta asing khususnya dolar AS di dalam negeri. Kelangkaan dolar AS tersebut membuat mata uang jeblok, lihat saja bagaimana rubel yang sempat merosot hingga lebih dari 100% ke rekor terlemah sepanjang sejarah RUB 150/US$. 

Jebloknya nilai tukar akan berdampak pada meroketnya inflasi. Selain itu dari sisi perdagangan importir akan kesulitan membayar kepada pemasok, begitu juga eksportir kesulitan menjual produknya.

Perekonomian suatu negara akan mengalami gonjang-ganjing akibat minimnya supply dolar AS.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Negara Lain Bakal Ikuti Rusia?

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular