Di Eropa, Rupiah Berhasil Juara Lawan 2 Mata Uang Ini

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
07 June 2022 12:48
FILE PHOTO: An Indonesia Rupiah note is seen in this picture illustration June 2, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berhasil melibas dua mata uang di Benua Biru, yakni euro dan poundsterling pada perdagangan hari ini, Selasa (7/6). Namun, rupiah terkoreksi terhadap dolar franc swiss.

Melansir Refinitiv, pukul 11:20 WIB, rupiah menguat tipis terhadap euro sebanyak 0,07% ke 15.441,83/EUR dan rupiah terapresiasi terhadap poundsterling 0,08% di Rp 18.090/CHF.

Namun, dolar franc swiss yang menyandang status sebagai salah satu aset lindung nilai, berhasil menguat terhadap Mata Uang Ibu Pertiwi sebesar 0,05% ke Rp 14.888,80/CHF.

Meski euro terkoreksi terhadap rupiah hari ini, tapi pelemahannya tipis saja karena ditopang oleh prediksi pasar bahwa bank sentral Eropa (ECB) akan menaikkan suku bunga acuannya untuk mengendalikan inflasi yang kian melonjak.

Bahkan, Bank of America (BofA) menaikkan prediksinya bahwa ECB akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 150 basis poin (bps) tahun ini dari 100 bps, yang termasuk kenaikan sebesar 50 basis poin pada Juli dan September.

Hal tersebut dipicu oleh rilis inflasi zona Eropa pada pekan lalu yang mencapai 8,1% dan melampaui ekspektasi pasar. Sehingga, analis menilai bahwa kenaikan 100 bps menjadi kenaikan yang minimum untuk dilakukan.

Pada kesempatan yang terpisah, Barclays juga mengharapkan ECB untuk segera menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada setiap pertemuan Juli hingga Desember dan satu kenaikan lagi pada kuartal pertama tahun depan, hingga tingkat suku bunga depo ECB menjadi 0,75%.

Sebagai informasi, ECB telah mempertahankan suku bunga depo dari 2011 hingga saat ini di -0,5%.

Pekan ini, semua perhatian tertuju pada rilis kebijakan moneter dari ECB yang akan dirilis pada Kamis (9/6) malam waktu Indonesia dan disusul oleh rilis proyeksi ekonomi dari ECB.

Sementara itu, inflasi di zona Inggris menjadi yang tertinggi pada kelompok negara G7 dan diprediksikan akan menuju resesi karena tekanan biaya hidup yang mencapai rekor dan menjadi yang terburuk sejak 1950-an.

Menurut Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas Amerika Serikat (AS) bahwa tanda-tanda kesulitan ekonomi membuat pasar untuk menurunkan prediksi kenaikan suku bunga dari Bank of England (BOE) sebanyak 165 bps ke 145 bps. Hal tersebut tentu saja membebani pergerakan poundsterling di pasar spot.

Sepanjang tahun ini, poundsterling telah terkoreksi tajam terhadap dolar AS sebanyak lebih dari 7% dan menjadikannya sebagai salah satu mata uang utama dengan kinerja terburuk di tahun ini. Tidak heran, rupiah pun berhasil menguat terhadap poundsterling.

Sementara itu, Mata Uang Garuda masih gagal menguat terhadap dolar franc swiss. Tidak heran, karena mata uang tersebut menyandang predikat safe haven yang banyak diburu ketika ekonomi global bergejolak.

Meski begitu, pelemahan rupiah hanya tipis. Bahkan di sepanjang pekan ini, rupiah masih berhasil menguat sebanyak 0,74% terhadap dolar franc swiss.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Melemah Di Eropa, Ekonomi Inggris Diramal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular